Judul buku : Udah Putusin Aja!
Penulis : Felix A. Siauw
Penerbit : Mizania (PT Mizan Pustaka)
Cetakan : Februari 2013
Tebal buku : 180 halaman
“Pacaran ‘kan masa penjajakan. Masa menikah dengan orang yang tidak dikenal?!”
“Kita ‘kan masih muda, masa ‘gak boleh pacaran?”
“Pacaran ‘gak ngapa-ngapain kok, cuma buat penyemangat belajar saja”
Kalimat-kalimat tersebut seringkali terlontar jika anak-anak muda
dilarang berpacaran, tapi bagaimana jika anak SD yang mengatakan hal
tersebut? Saat ini, banyak sekali fenomena anak SD yang sudah
berpacaran, bukan lagi sekedar “cinta monyet”. Cinta memang seringkali
tidak mengenal umur, tidak muda tidak tua semua pasti ingin merasakan
perasaan itu. Bagi beberapa kalangan sepertinya pacaran dianggap sebagai
tren, seperti anak baru gede alias ABG. Bagi mereka jika belum pernah
merasakan pacaran pasti akan dianggap cupu oleh teman-teman lainnya.
Banyak alasan yang terlontar ketika ditanyai tentang pacaran.
Sebagian bagi yang sudah berumur tentu beralasan jika pacaran merupakan
masa penjajakan yang mesti dilakukan sebelum menikah. Sayangnya alasan
tersebut tidak ada dalam ajaran agama islam sekalipun. Jika ingin
berhubungan maka mantapkanlah dalam sebuah hubungan pernikahan. Tidak
ada alasan apapun untuk berpacaran dalam islam. Hal ini secara tegas
ditulis dalam buku yang berjudul “Udah Putusin Aja!” oleh Felix A.
Siauw, seorang ustadz yang aktif berdakwah dan cukup terkenal di
kalangan anak muda. Lalu bagaimana Ustadz Felix berpendapat dan
menjelaskan pacaran dalam buku ini?
Buku ini dibuat dengan target pasaran anak muda untuk menjelaskan
seperti apa hukumnya pacaran dalam ajaran islam. Selain anak muda,
orangtua juga dibolehkan bahkan mungkin diwajibkan membaca untuk
memahami dunia anaknya yang beranjak dewasa. Hal ini tentu berguna bagi
orangtua untuk melindungi anak-anak mereka dari perbuatan yang tidak
diinginkan. Walaupun pada dasarnya kembali ke orang itu sendiri
bagaimana mereka menghadapi kehidupannya.
Setiap orang dilahirkan dengan memiliki hati untuk memiliki perasaan,
seperti perasaan sayang dan cinta. Perasaan tersebut bisa diberikan
dari seseorang kepada orangtua, teman atau bahkan lawan jenis. Di sini
dijelaskan bahkan memiliki perasaaan cinta merupakan hal yang fitrah
bagi setiap manusia tetapi Allah tidak ingin manusia mengekspresikannya
secara bebas. Alasan umum orang menjalin hubungan pacaran karena saling
jatuh cinta, tetapi hati-hati, pacaran merupakan satu jalan menuju
perzinahan.
Pacaran Awal Menuju Perzinahan
Di dalam buku bahkan ditulis pengalaman seseorang yang menceritakan
apa yang ia lakukan ketika berpacaran. Ia mengakui sudah berhubungan
intim dengan pacarnya beberapa kali yang berjanji bahwa hubungannya akan
serius hingga jenjang pernikahan. Ketika ditanya kapan pacarnya akan
menikahinya yang dijawab “nanti” tanpa ada kepastian yang jelas.
Seringkali kata “cinta” dan “sayang” dijadikan umpan untuk meminta
berhubungan intim. Hal seperti itu bukan lagi rahasia, karena bahkan
banyak yang perempuannya sudah hamil baru dinikahi.
Jelas disebutkan bahwa tidak ada yang namanya pacaran dalam islam,
jika memang seorang pria cinta dan sayang dengan seorang perempuan maka
datangilah orangtua atau walinya, mintalah untuk bisa menikahinya.
Sebagai perempuan juga sebaiknya tidak berdandan secara berlebihan yang
dapat menimbulkan hasrat pria. Bukan hanya berdandan, bahkan beberapa
orang berpendapat bahwa tidak baik jika perempuan berjalan melewati
gerombolan laki-laki. Aturan ini diterapkan oleh ajaran islam untuk
melindungi perempuan dari nafsu setan-setan jahat.
Siapa yang tidak mengetahui hari kasih sayang atau yang sering
disebut sebagai hari Valentine? Semua orang tahu bahkan berharap di hari
itu mereka mendapatkan kasih sayang yang spesial dari seseorang. Buku
ini juga tidak lupa membahas momen itu, bahkan sedikit dikupas asal usul
munculnya budaya Valentine’s Day yang berawal dari kaum
kristian. Banyak ulama muslim yang menyerukan umat islam untuk tidak
turut serta dalam perayaan ini, walaupun ya bisa ditebak, masih banyak
yang merayakan momen ini. Tanpa sadar, mereka yang merayakan Valentine
menjadi korban konsumerisme, mereka rela mengeluarkan banyak uang demi
orang yang mereka “sayang”.
Lain pacaran lain nikah, buku ini cukup menggambarkan bahwa tidak
selamanya pacaran yang berujung pernikahan hidupnya akan indah dan
berbahagia. Istilahnya, lain pacaran lain nikah, banyak celetukan yang
akhirnya muncul pada pasangan menikah padahal sebelumnya saat pacaran
tidak pernah. Penggambaran yang cukup mengena jika dirasa, banyak orang
yang merasa jika selamanya keindahan masa pacaran akan terus terbawa
hingga pernikahan. Masing-masing orang berbeda.
Tidak ada alasan untuk memulai hubungan sebelum pernikahan, pacaran
atau bertunangan. Semua ini ditegaskan oleh penulis dengan mencantumkan
berbagai ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa pacaran diharamkan
oleh agama. Jika belum siap menikah maka mantapkanlah, tetapi jangan
terlalu banyak mengumbar janji. Intinya bagi mereka yang sedang
berpacaran dan telah membaca buku ini mungkin ada baiknya memikirkan dua
kali manfaat kalian berpacaran. Judul buku juga cukup tegas menjelaskan
bahwa tidak ada nilai plus dalam berpacaran.
Buku ini cukup interaktif bagi anak-anak muda, dengan bahasa yang
cukup “gaul” sehingga menyentuh semua kalangan tanpa banyak berpikir
keras. Penggunaan bahasa sehari-hari terbukti dapat menyampaikan
informasi dengan lebih efektif terutama jika melihat targer pembacanya.
Penambahan gambar animasi yang lucu serta grafik akan menjadi nilai
tambah sendiri, akan menjadikan buku semakin eye catching dan
membuat orang penasaran untuk membacanya. Tujuan penulisnya sebagai
pendakwah membuat buku ini cukup banyak kutipan-kutipan Al-Qur’an.
Buku yang berwarna merah muda ini tentu cukup mencolok berada di
tumpukan buku, mungkin salah satu tujuannya adalah untuk menarik banyak
perhatian orang-orang untuk membacanya. Buku ini juga tidak tebal tetapi
tidak terlalu tipis juga, penambahan gambarnya juga cukup menarik mata.
Selain itu judulnya “Udah Putusin Aja!” pada pandangan pertama akan
membuat orang bingung dengan maksudnya, apa isi bukunya. Jika sudah
membaca pasti terpikir bahwa judulnya cukup frontal bagi mereka yang
sedang menjalin hubungan.
Secara garis besar buku ini memiliki pesan yang sangat positif bagi
pembacanya. Buku ini banyak berisi nasihat-nasihat yang menjelaskan
tidak perlunya hubungan-hubungan sebelum pernikahan yang disertai
ayat-ayat Al-Qur’an, yang membuatnya enak dibaca adalah kesannya yang
tidak menggurui. Dengan bahasa yang santai dan ilustrasi yang lucu
membuat buku ini lebih mengena untuk menjelaskan segala hal pada anak
muda. Bahasanya yang langsung to the point dengan menambahkan kisah nyata bisa membuat pembacanya berpikir dua kali untuk menjalin hubungan.
Dengan warna yang didominasi warna merah muda dan biru, buku ini
sebagai perantara dakwah penulisnya. Mungkin bagi sebagian orang akan
mengelak dari buku ini karena berpikiran bahwa mereka berpacaran dengan
tujuan yang baik dan tidak pernah melakukan apa-apa. Buku ini hanya
sebagai perantara penulis untuk mengingatkan bahwa yang namanya pacaran
tidak ada untungnya. Penulis bisa memberikan alasan detail dari
alasan-alasan yang diajukan untuk berpacaran.
Sebagai contoh, penulis memasukkan satu surat yang berasal dari
seseorang yang menyesali sudah berpacaran bahkan hingga berhubungan
intim. Bukan tidak boleh, hanya saja bahasanya masih terlalu terbuka.
Memang berpacaran dengan gaya semacam itu sudah banyak terjadi, tetapi
lebih baik jika bisa mengubah kata-katanya menjadi lebih sopan. Tetapi
selain hal itu, buku ini sudah cukup banyak menjawab pertanyaan umum
mengapa islam melarang umatnya untuk menjalin hubungan sebelum
pernikahan.
Dengan berbagai contoh dan pertanyaan nyata yang biasa terjadi
sehari-hari, buku ini dapat menggambarkan tidak ada gunanya berpacaran.
Bahkan penulis juga mencantumkan ayan Al-Qur’an untuk memperkuat
pernyataannya tersebut. Dari manfaatnya, buku ini banyak memberi masukan
bagi pembacanya, baik orangtua maupun kaum muda mudi. Memang secara
langsung buku yang ditulis Ustadz Felix A. Siauw tidak dapat melarang,
ia hanya memberikan gambaran apa yang terjadi ketika berpacaran. Tetapi
buku ini layak dibaca untuk menjadi bahan renungan dan masukan bagi
masing-masing. Semuanya dikembalikan kepada orangnya masing-masing.
Bagaimana orang tersebut menjalani kehidupannya dan berprinsip.
Mungkin saja ada yang langsung memutuskan pacar masing-masing, lalu jadi adik-kakak deh. “Yah sama saja!” mungkin itu yang akan dikatakan Ustadz Felix.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar