MEDIA ONLINE IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Selasa, 24 Maret 2015

segala sesuatu tidak bisa tercipta dalam satu waktu bersamaan.

segala sesuatu tidak bisa tercipta dalam satu waktu bersamaan.

misalnya gelap tidak dapat hadir dengan terang dalam waktu yang sama.
kita tidak perlu melawan gelap, hanya perlu menyalakan pelita untuk mendapatkan terang.
karena,
lebih baik menyalakan lilin, daripada mengutuk kegelapan.

sama halnya dengan rasa dalam hati.
kita tidak bisa menciptakan hati yang penuh cinta dengan kebencian yang terbakar dalam satu waktu.
kita tidak perlu menghilangkan kebencian, hanya perlu menghadirkan cinta untuk mendapatkan kedamaian hati.
karena,
lebih baik mencintai, daripada membenci yang hanya akan menghilangkan cinta.

-Nam-

PROFESI KEGURUAN DAN KODE ETIK GURU

KONSEP PROFESI KEGURUAN DAN KODE ETIK GURU


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang. Oleh Sebab itu, tidak heran apabila suatu Negara menempatkan Pendidikan sebagai variable utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negaranya, termasuk di Negara Indonesia. Dalam konteks The Founding Father, tujuan kemerdekaan Indonesia adalah ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai isi SPembukaan Undang-undang dasar 1945. Dengan kata lain sudah tercipta sebuah komitmen mulia yang harus dilaksanakan Negara ini.
Dewasa ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan beberapa permasalahan. Dalam Term of Reference EADC 2010 dengan Tema “Cerdas Indonesiaku” memaparkan bahwa rendahnya kualitas guru di Indonesia merupakan rangkaian dari rantai masalah pendidikan di Indonesia yang harus diberantas hingga ke akarnya. Hal ini berkaitan dengan peran guru yang merupakan komponen penting dalam dunia pendidikan yang berada di barisan terdepan.

Berangkat dari masalah di atas, penulis yang merupakan calon guru ingin membuka pikiran bahwa keprofesionalan harus tertanam kuat pada diri kita. Sudah selayaknya guru mempunyai kompetensi serta tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan profesinya, sehingga nasib pendidikan di Indonesia akan berubah kearah yang lebih baik.

Rekonstruksi Soliditas Gerakan Mahasiswa


Mobilisasi pergerakan mahasiswa setiap dekade zaman dilekati karakteristik dan tantangan yang berbeda-beda. Terlihat pada masing-masing zaman menampilkan figur, isu, problem yang berbeda.

Menggali alasan lain penyebab tumbuhnya kepekaan mahasiswa terhadap persoalan yang bertitik fokus pada perjuangan membela kepentingan rakyat. Menurut saya ada lima hal yang melatar belakanginya. Pertama, mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik memiliki persepektif atau pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat.

Kedua, mahasiswa sebagai golongan yang cukup lama bergelut dengan dunia akademis dan telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara generasi muda.

Menjadi Dosen Teladan

TIPS MENJADI DOSEN TELADAN


TIPS MENJADI DOSEN TELADAN


Menjadi Dosen Teladan

Tidak susah sebenarnya menjadi dosen teladan. Jika angka akademis menjadi tolak ukurnya ini merupakan satu hal yang sangat naïf sekali. Perlu di ingat angka akademis dengan penilaian pada ijazah sang dosen tentunya bukan murni dari prestoasi beliau. Namun, menurut saya dosen teladan paling tidak memenuhi kriteria sebagai berikut. Pertama, sang dosen memang di kenal akrab di kalangan mahasiswa. Sudah menjadi rahasia umum, di negeri ini dosen terbagi dalam dua klasifikasi yaitu dosen pendidik dan pengajar. Pendidik dan pengajar memiliki arti dan makna yang berbeda. Dosen teladan adalah dosen yang memiliki kemampuan untuk mendidik dan mengajarkan ilmu yang di milikinya. Biasanya dosen yang memiliki kriteria pendidik dan pengajar itu selalu berpenampilan supel, menarik dan populis dalam segala tindakan dan perilakunya. Sedangkan dosen yang termasuk kedalam kriteria pengajar, ini merupakan dosen jenis paling kacau. Hanya masuk kelas dan memberi materi, terlepas materi itu dimengerti atau tidak oleh mahasiswanya. Dapat di katakan dosen jenis ini adalah dosen paling egois. Bukan hanya kalangan dosen muda seperti ini, bahkan pengalaman membuktikan, dosen dengan embel-embel professor di depan namanyapun acap kali melakukan hal yang sama. Terakhir, cita-cita negeri ini untuk memajukan pendidikan nasional tidak pernah tercapai jika tenaga pengajarnya masih memiliki karakter jenis ini.
            Kedua, dosen teladan itu adalah dosen yang memberikan penilaian riil pada mahasiswa. Tidak ada unsur dendam dan sakit hati dalam memberi penilaian. Namun, ini sangat jarang terjadi. Sebagian besar dosen masih menggunakan pola lama, ABS (Asal Bapak Senang). Ketika sang dosen merasa senang dengan salah seorang mahasiswa, maka secara otomatis mahasiswa tersebut mendapatkan nilai A. Terlepas dia mengerti atau tidak matakuliah yang telah di berikan dosen itu sendiri. Begitupula sebaliknya. Jika, si mahasiwa tidak mendapat simpatik dari dosen tersebut, alamat celakalah mahasiswa itu, hanya mengantongi nilai C atau lebih parah mendapatkan nilai D bahkan E. Penilaian logis, setahu saya tidak pernah mendapatkan komplain dan doa yang buruk dari mahasiswa.

POLITIK ISLAM ABDURRAHMAN WAHID

MEMBINGKAI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM ABDURRAHMAN WAHID

Dilihat dari sudut pandang Islam, terpilihnya Gus Dur telah membuka babak baru politik Islam di Indonesia. Setelah beberapa dekade mengalami marginalisasi, melalui sebuah proses evolusi sosiologis yang sangat panjang, Islam kemudian berhasil tampil di panggung kekuasaan. Gus Dur, salah satu elite Islam terkemuka, menjadi simbol yang amat membanggakan bukan saja bagi umat NU, tetapi juga bagi umat Islam secara keseluruhan. Terpilihnya Gus Dur menjadi presiden melengkapi rasa bangga umat Islam, karena dua orang elite Islam terbaik, Amien Rais dan Akbar Tandjung, sebelumnya telah berhasil menduduki jabatan politik di lembaga tertinggi dan tinggi negara, MPR dan DPR. Tak terbayangkan sama sekali, jika suatu masa gema takbir, tahmid, dan salawat berkumandang di Gedung MPR, yang menandai kemenangan Islam dalam percaturan politik nasional. Tentu saja sebuah kemenangan yang diharapkan akan mendatangkan kemaslahatan bagi seluruh bangsa, sesuai dengan pesan moral agama bahwa ``Islam adalah rahmatan lil alamin.`` Harapan ini cukup beralasan, karena elite-elite politik Islam, terutama Gus Dur adalah figur yang mewakili gerakan Islam liberal, dengan agenda utama demokratisasi, keadilan, dan keterbukaan.