MEDIA ONLINE IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Minggu, 12 Oktober 2014

Konsep Gerakan immawati


    STRATEGI DAN KONSEP GERAKAN IMMAWATI
 
Fenomena kontemporer dengan berbagai sajian peristiwa dan wacana-wacana yang bersinggungan dengan masalah perempuan adalah realitas yang mesti diteropong secara multiperspektif. Pengkajian yang mendalam tentang isu keperempuanan dewasa ini mesti disandarkan pada landasan prinsip Agama yang kita pahami. Aksi yang lahir sebagai bentuk penyikapan kita adalah pilihan gerakan yang berorientasi pada proses penyadaran yang tidak bersifat tentatif-reaksioner. Gerakan IMMawati mesti tetap istiqomah pada sebuah prinsip awalnya yakni melakukan proses transformasi nilai yang berorientasi pada pembinaan kader IMMawati menuju kesadaran kolektif kolegial. 
 
IMMawati di antara elemen gerakan perempuan lainnya berbeda secara ideologis dan teologisnya. Dua hal ini sangat prinsip dalam tubuh gerakan IMMawati, militansi kader dan progressifitas gerakan adalah interpretasi dari dua hal di atas (ideologi-teologi), yang mesti diterjemahkan dalam praksis gerakan. Dewan pimpinan daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus memberikan rumusan formulasi gerakan immawati yang tentu saja disesuaikan dengan konteks keraifan local masing – masing daerah yang bias dipraksiskan pada tataran cabang sampai pada level komisariat. Maka berdasarkan tanwir 2003 yang kemudian revitalisasi kembali dalam tanwir 2009 di bogor yang tertuang dalam grand desing IMMawati maka startegi konsep yang ditawarkan dalam rangka mewujudkan karakter immawati yang ideal sebagai individu dimana individu yang dimaksud adalah:
 
1. Individu yang kuat secara ideologis, memiliki paradigma profetik.
Pijakan etik profetik menurut Kuntowijoyo adalah derivasi dari misi historis Islam dalam surat Al-Imran 110 :
Ø  Humanisasi yang berpijak pada konsep  amar ma’ruf  yaitu menegakkan kebajikan.
Ø  Liberasi berpijak pada konsep nahi munkar yaitu melakukan perlawanan terhadap  segala bentuk keburukan.Dalam konteks gender adalah pembebasan kesadaran yang ditentukan oleh jenis kelamin kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan dalam perspektif gender.
Ø  Transendensi bepijak pada tu’minuna bi Allah (beriman kepada Allah) dengan menjadikan nilai keimanan sebagai bagian penting dan proses membangun peradaban. Maka humanisasi dan liberasi berdasar pada transendensi.
2. Kritis (intelektual,metodologi terasah, kuat dalam analisa)
3. Skill (skill sesuai minat, kepemimpinan, gerakan)
Untuk mewujudkan hal ini maka telah dibuat strategi pengkaderan: yakni
·         DIKSUSWATI(difokuskan pada pembinaan internal immawati yang dibagi dalam beberapa sub bagian :
Ø  Pembinaan ideology (Ke – IMM – an, dan Ke_ Muhammadiyahan _an)
Ø  Pembinaan Intelektual (tradisi membaca, menulis, dan diskusi)
Ø  Pembinaan kepemimpinan/leadership(individu, masyarakat, bangsa dan negara)
Ø  Pembinaan keterampilan (menulis, kerajinan tangan, informasi dan teknologi)
·          KAJIAN KOMPREHENSIF  yang  dinamakan MESSENGER SCHOOL
Dalam hal ini proses menuju perempuan yang berkemajuan tidak harus dilakukan oleh bidang immawati sendiri akan tetapi lebih prioritas dengan interconected terhadap bidang yang lain.
Strategi perkaderan ini bisa disesuaikan dengan kontek kebutuhan local masing- masing:
1.      Gender mainstreaming
Menjadikan isu gender berbasis nilai-nilai islam menjadi aras utama dalam semua lini dalam perkaderan secara umum di ikatan terutama perkaderan utama. Merumuskan kajian khusus tentang ini sebagai follow-up perkaderan utama atau pendukung.
2.      Affirmative Action
Dalam perkaderan  dan gerakan IMM secara umum penting pula dilakukan yaitu dengan  mendorong terbukanya akses untuk partisipasi secara kuantitas.
3.      Capacity Building dan penguatan konsep diri
Spektrum gerakan yang berfokus pada gender mainstreaming terkadang tidak menengok bahwa pembangunan kapasitas dan penguatan konsep diri harus selalu ditumbuhkan, walaupun persoalan immawati ketika terjadi kevacuuman bukan semata-mata selalu karena minim kapasitas.
4.      Peer Group dan Lembaga Kajian
Peer Group atau kelompok minat studi tentang hal-hal khusus yang dikelola oleh kelompok. Misal kelompok studi tentang teori sosial. Lembaga kajian berfungsi pada ranah research dan publikasi.(Untuk lebih rinci dari strategi perkaderan ini akan dirumuskan modul secara tersendiri).
 
Ketika menilik sejarah Rosulullah dalam mendakwahkan Islam bersama para sahabiyyah, betapa Islam adalah ajaran yang sempurna dan paripurna dalam menyelesaikan kompleksitas permasalahan yang mendera umat manusia dalam segala lini kehidupan. Saya melihat, ada keterlibatan secara ideologi yang mengiringi setiap permasalahan yang muncul kepermukaan, isu global dengan berbagai antek-anteknya mesti diwaspadai dengan melakukan proses pembendungan secara dini.
 
IMMawati ke depan diharapkan mampu menjadi kreator-kreator sejati dengan membawa nilai-nilai profetisme gerakan dalam melakukan proses perubahan secara terpadu dn berkesinambungan, sehingga ke depan gerakan IMMawati diharapkan mampu berakselerasi dengan kondisi zaman yang ada tanpa harus tercerabut dari akar transendental yang dipahami secara prinsipil.
 
IMMawati dengan trikompetensi dasar yang dimiliki adalah sebuah potensi untuk mengemban misi persyarikatan. Kesadaran tauhid tidak dipahami secara statis-evolusioner, tetapi ia adalah spirit dinamis-revolusioner yang mampu melahirkan pemimpin yang visioner dalam mengawal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Realitas yang terjadi hari ini krisis kepemimpinan yang melanda tubuh IMM adalah sebuah persoalan serius yang mesti ditangani secara bersama oleh mereka yang memakai baju kebesaran kader sejati Muhammadiyah, tak terkecuali IMMawati. Billahifisabililhaq fastabiqulkhaerat jayalah IMM jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar