STRATEGI DAN KONSEP
GERAKAN IMMAWATI
IMMawati di antara elemen gerakan
perempuan lainnya berbeda secara ideologis dan teologisnya. Dua hal ini sangat
prinsip dalam tubuh gerakan IMMawati, militansi kader dan progressifitas
gerakan adalah interpretasi dari dua hal di atas (ideologi-teologi), yang mesti
diterjemahkan dalam praksis gerakan. Dewan pimpinan daerah Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah harus memberikan rumusan formulasi gerakan immawati yang tentu
saja disesuaikan dengan konteks keraifan local masing – masing daerah yang bias
dipraksiskan pada tataran cabang sampai pada level komisariat. Maka berdasarkan
tanwir 2003 yang kemudian revitalisasi kembali dalam tanwir 2009 di bogor yang
tertuang dalam grand desing IMMawati maka startegi konsep yang ditawarkan dalam
rangka mewujudkan karakter immawati yang ideal sebagai individu dimana individu
yang dimaksud adalah:
1. Individu yang
kuat secara ideologis, memiliki paradigma profetik.
Pijakan etik profetik menurut Kuntowijoyo adalah
derivasi dari misi historis Islam dalam surat Al-Imran 110 :
Ø Humanisasi yang berpijak pada konsep
amar ma’ruf yaitu menegakkan
kebajikan.
Ø Liberasi berpijak pada konsep nahi munkar yaitu melakukan perlawanan
terhadap segala bentuk keburukan.Dalam
konteks gender adalah pembebasan kesadaran yang ditentukan oleh jenis kelamin
kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan dalam perspektif gender.
Ø Transendensi bepijak pada tu’minuna bi Allah (beriman kepada Allah) dengan
menjadikan nilai keimanan sebagai bagian penting dan proses membangun
peradaban. Maka humanisasi dan liberasi berdasar pada transendensi.
2. Kritis
(intelektual,metodologi terasah, kuat dalam analisa)
3. Skill (skill
sesuai minat, kepemimpinan, gerakan)
Untuk mewujudkan hal ini maka telah dibuat strategi pengkaderan:
yakni
·
DIKSUSWATI(difokuskan
pada pembinaan internal immawati yang dibagi dalam beberapa sub bagian :
Ø Pembinaan
ideology (Ke – IMM – an, dan Ke_ Muhammadiyahan _an)
Ø Pembinaan
Intelektual (tradisi membaca, menulis, dan diskusi)
Ø Pembinaan
kepemimpinan/leadership(individu, masyarakat, bangsa dan negara)
Ø Pembinaan
keterampilan (menulis, kerajinan tangan, informasi dan teknologi)
·
KAJIAN KOMPREHENSIF yang
dinamakan MESSENGER SCHOOL
Dalam hal ini proses menuju perempuan yang berkemajuan
tidak harus dilakukan oleh bidang immawati sendiri akan tetapi lebih prioritas
dengan interconected terhadap bidang yang lain.
Strategi perkaderan ini bisa disesuaikan dengan
kontek kebutuhan local masing- masing:
1.
Gender mainstreaming
Menjadikan isu gender berbasis nilai-nilai islam menjadi
aras utama dalam semua lini dalam perkaderan secara umum di ikatan terutama
perkaderan utama. Merumuskan kajian khusus tentang ini sebagai follow-up
perkaderan utama atau pendukung.
2.
Affirmative Action
Dalam perkaderan
dan gerakan IMM secara umum penting pula dilakukan yaitu dengan mendorong terbukanya akses untuk partisipasi
secara kuantitas.
3.
Capacity Building dan penguatan konsep diri
Spektrum gerakan yang berfokus pada gender mainstreaming
terkadang tidak menengok bahwa pembangunan kapasitas dan penguatan konsep diri
harus selalu ditumbuhkan, walaupun persoalan immawati ketika terjadi kevacuuman
bukan semata-mata selalu karena minim kapasitas.
4.
Peer Group dan Lembaga Kajian
Peer Group atau kelompok minat studi tentang hal-hal
khusus yang dikelola oleh kelompok. Misal kelompok studi tentang teori sosial.
Lembaga kajian berfungsi pada ranah research dan publikasi.(Untuk lebih rinci
dari strategi perkaderan ini akan dirumuskan modul secara tersendiri).
IMMawati
ke depan diharapkan mampu menjadi kreator-kreator sejati dengan membawa
nilai-nilai profetisme gerakan dalam melakukan proses perubahan secara terpadu
dn berkesinambungan, sehingga ke depan gerakan IMMawati diharapkan mampu
berakselerasi dengan kondisi zaman yang ada tanpa harus tercerabut dari akar
transendental yang dipahami secara prinsipil.
IMMawati
dengan trikompetensi dasar yang dimiliki adalah sebuah potensi untuk mengemban
misi persyarikatan. Kesadaran tauhid tidak dipahami secara statis-evolusioner,
tetapi ia adalah spirit dinamis-revolusioner yang mampu melahirkan pemimpin
yang visioner dalam mengawal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Realitas yang
terjadi hari ini krisis kepemimpinan yang melanda tubuh IMM adalah sebuah
persoalan serius yang mesti ditangani secara bersama oleh mereka yang memakai
baju kebesaran kader sejati Muhammadiyah, tak terkecuali IMMawati.
Billahifisabililhaq fastabiqulkhaerat jayalah IMM jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar