Memahami Kembali Gerakan Profetik
Sebagai salah satu paradigma pergerakan IMM adalah Intelektual profetik
hendaknya dimengerti oleh setiap kader, maka dengan landasan inilah IMM berkiprah..
Gerakan Intelektual Profetik :
Landasan Pemikiran
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. …” (Q.S. Ali Imron 110.)
Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal
Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang
mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip
kemanusiaan yang universal
Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan
nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan,
pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik
Penjelasan :
Meminjam istilah Kuntowijoyo tentang Intelektual Profetik :
Amar ma’ruf (Humanisasi)
Humanisasi dapat diartikan juga dengan Memanusiakan manusia. Mengembalikan kembali manusia kedalam fitrahnya (Islam).
Mengenalkan bahwa tugas manusia dalam hal ini mahasiswa yang
berkaitan langsung dengan Agen Perubahan (Agent of Change) yan tiap
perubahan selalu dalam garda terdepan, Cadangan Keras (Iron
Stock/Stakeholder) yang menjadi tumpuan agama dan bangsa dimanapun
berada serta sebagai Agen Kontrol (Agent of Control / Control of Moral
Value) bagi bergulirnya kondisi dan sistem pemerintahan sebuah negara.
Humanisasi kita perlukan. Sebab ada tanda-tanda bahwa masyarakat
sedang menuju ke arah dehumanisasi. Dehumanisasi adalah objektivasi
manusia (teknologis, ekonomis, budaya, massa, negara) agresivitas
(agresivitas kolektif dan kriminalitas), loneliness (privatisasi,
individuasi) dan spiritual alienation (keterasingan spiritual). Dalam
dehumanisasi perilaku manusia lebih dikuasai bawah sadarnya daripada
oleh kesadarannya. Tanpa kita sadari dehumanisasi sudah menggerogoti
masyarakat Indonesia yaitu terbentuknya manusia mesin (agresivitas,
korupsi, selingkuh, tawuran dan semua bentuk kriminalitas), manusia dan
masyarakat massa (teknologi/industrialisasi, organisasi ekonomi (pabrik,
pasar), diferensiasi sosial (kelas, suku, ras, agama), mobilisasi
politik (negara,partai) dan budaya massa (olahraga, musik pop,
pendidikan, mediamassa).
Nahi Munkar (Liberasi)
Pembebasan dari hal-hal yang bersifat keburukan. Menjauhkan diri dari pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengan Islam.
Bidikan liberasi ada pada realitas empiris, sehingga liberasi sangat
peka dengan persoalan penindasan atau dominasi struktural. Fenomena
kemiskinan yang lahir dari ketimpangan ekonomi adalah bagian penting
dari proyek liberasi.
Contoh penindasan di dunia: kolonialisme israel di palestina, agresi
negara adikuasa di negara yg lemah, kapitalisme dunia yg menyerbu
negara-negara ketiga melalui rekayasa ekonomi.
Dalam lingkup terkecil yaitu membebaskan manusia dari westrenisasi,
modernitas, hedonisme, konsumerisme dan sifat-sifat manusia yang negatif
lainnya.
Tu’minu billah (Transendensi)
Membangkitkan Kesadaran untuk ber Tuhan. Transendensi hendak
menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan) sebagai bagian penting
dari proses membangun peradaban. Transendensi menempatkan agama
(nilai-nilai Islam) pada kedudukan yang sangat sentral dalam Intelektual
Profetik.
Transendensi (keimanan) tercermin dengan sifat : khauf (penuh rasa
takut), raja’ (sangat berharap), tawakkal (berserah diri), qana’ah
(menerima pemberian Allah), syukur dan ikhlas.
Menjadi seorang intelektual profetik merupakan amanah setiap muslim
untuk mengejawantahkan wahyu Allah kepada muslim yang lainnya dalam
rangka menyerukan kebenaran, melawan kemungkaran dan senantiasa saling
menasehati dalam hal beriman kepada Allah ta’ala.
Allahu a’lam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar