MEDIA ONLINE IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Minggu, 12 Oktober 2014

Gerakan Profetik


 Memahami Kembali Gerakan Profetik

Sebagai salah satu paradigma pergerakan IMM adalah Intelektual profetik hendaknya dimengerti oleh setiap kader, maka dengan landasan inilah IMM berkiprah..
Gerakan Intelektual Profetik :
Landasan Pemikiran
 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. …” (Q.S. Ali Imron 110.)


—  Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal

—  Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal
—  Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik
Penjelasan :
Meminjam istilah Kuntowijoyo tentang Intelektual Profetik :
—  Amar ma’ruf (Humanisasi)
Humanisasi dapat diartikan juga dengan Memanusiakan manusia. Mengembalikan kembali manusia kedalam fitrahnya (Islam).
Mengenalkan bahwa tugas manusia dalam hal ini mahasiswa yang berkaitan langsung dengan Agen Perubahan (Agent of Change) yan tiap perubahan selalu dalam garda terdepan, Cadangan Keras (Iron Stock/Stakeholder) yang menjadi tumpuan agama dan bangsa dimanapun berada serta sebagai Agen Kontrol (Agent of Control / Control of Moral Value) bagi bergulirnya kondisi dan sistem pemerintahan sebuah negara.
Humanisasi kita perlukan. Sebab ada tanda-tanda bahwa masyarakat sedang menuju ke arah dehumanisasi. Dehumanisasi adalah objektivasi manusia (teknologis, ekonomis, budaya, massa, negara) agresivitas (agresivitas kolektif dan kriminalitas), loneliness (privatisasi, individuasi) dan spiritual alienation (keterasingan spiritual). Dalam dehumanisasi perilaku manusia lebih dikuasai bawah sadarnya daripada oleh kesadarannya. Tanpa kita sadari dehumanisasi sudah menggerogoti masyarakat Indonesia yaitu terbentuknya manusia mesin (agresivitas, korupsi, selingkuh, tawuran dan semua bentuk kriminalitas), manusia dan masyarakat massa (teknologi/industrialisasi, organisasi ekonomi (pabrik, pasar), diferensiasi sosial (kelas, suku, ras, agama), mobilisasi politik (negara,partai)  dan budaya massa (olahraga, musik pop, pendidikan, mediamassa).
—  Nahi Munkar (Liberasi)
Pembebasan dari hal-hal yang bersifat keburukan. Menjauhkan diri dari pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengan Islam.
Bidikan liberasi ada pada realitas empiris, sehingga liberasi sangat peka dengan persoalan penindasan atau dominasi struktural. Fenomena kemiskinan yang lahir dari ketimpangan ekonomi adalah bagian penting dari proyek liberasi.
Contoh penindasan di dunia: kolonialisme israel di palestina, agresi negara adikuasa di negara yg lemah, kapitalisme dunia yg menyerbu negara-negara ketiga melalui rekayasa ekonomi.
Dalam lingkup terkecil yaitu membebaskan manusia dari westrenisasi, modernitas, hedonisme, konsumerisme dan sifat-sifat manusia yang negatif lainnya.
—  Tu’minu billah (Transendensi)
Membangkitkan Kesadaran untuk ber Tuhan. Transendensi hendak menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan) sebagai bagian penting dari proses membangun peradaban. Transendensi menempatkan agama (nilai-nilai Islam) pada kedudukan yang sangat sentral dalam Intelektual Profetik.
Transendensi (keimanan) tercermin dengan sifat : khauf (penuh rasa takut), raja’ (sangat berharap), tawakkal (berserah diri), qana’ah (menerima pemberian Allah), syukur dan ikhlas.
Menjadi seorang intelektual profetik merupakan amanah setiap muslim untuk mengejawantahkan wahyu Allah kepada muslim yang lainnya dalam rangka menyerukan kebenaran, melawan kemungkaran dan senantiasa saling menasehati dalam hal beriman kepada Allah ta’ala.
Allahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar