MEDIA ONLINE IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Rabu, 22 Mei 2013

Setetes Harapan



K A T A   B I J A 

Ketika seseorang berusaha menjauhi hidupmu, biarkanlah. Kepergian dia hanya membuka pintu bagi seseorang yang lebih baik tuk masuk.
Kadang masalah adalah sahabat terbaikmu. Mereka buatmu jadi lebih kuat, dan buatmu menempatkan Tuhan di sisimu yang paling dekat.  
Jangan yakinkan diri bahwa dia menyukaimu, hanya karena dia bersikap manis padamu. Kadang kamu hanya sebuah pilihan ketika dia bosan.
Jangan pernah meremehkan diri sendiri. Jika kamu tak bahagia dengan hidupmu, perbaiki apa yang salah, dan teruslah melangkah.
Jangan membenci mereka yang mengatakan hal buruk tuk menjatuhkanmu, karena merekalah yang buatmu semakin kuat setiap hari.
Terkadang, kamu berpikir seseorang telah berubah tanpa kamu menyadari hal itu terjadi karena dia mulai bersikap dewasa.
Sesuatu yang menyenangkan bagaimana seseorang mampu membuatmu tersenyum, hanya dengan memikirkan dirinya. Happy
Jadi dirimu sendiri agar ketika seseorang mencintai, kamu tak perlu takut jika dia akan temukan dirimu bukan orang yang ingin dia cintai.
Perasaan yang paling berbahaya adalah iri, karena iri hati melahirkan kebencian dan kebencian akan membunuhmu perlahan.
Tak peduli seperti apa hidupmu, kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baiknya atau sisi buruknya.
Hanya karena seseorang terlihat kuat di hadapanmu, tak berarti dia bisa begitu kuat ketika tanpamu.
Jangan selalu katakan "masih ada waktu" atau "nanti saja". Lakukan segera, gunakan waktumu dengan bijak.
Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, namun jika digunakan dengan baik, sekali saja cukup!
Hidup ini bukan hanya mencari yang terbaik, namun lebih kepada menerima kenyataan bahwa kamu adalah kamu. Jadi dirimu sendiri.
Orang yang bijak adalah yang tahu siapa yang harus dia percaya. Orang yang lebih bijak adalah dia yang selalu bisa dipercaya.
Sadarilah, mengeluh tidak menyelesaikan apapun. Mengeluh hanya akan menambah beban dihati. Berhentilah mengeluh, segera bertindak!
Jangan jadikan kegagalan kemarin sebagai penghambat hari ini. Semangat untuk membuat hari esok lebih baik, melalui hari ini.
Perbuatan adalah cerminan isi hati. Jika hati dipenuhi kebaikan, maka sikap dan tindakan akan baik, pun sebaliknya.

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK MARIO TEGUH

Orang yang malas telah membuang kesempatan yang diberikan Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
Jangan nilai orang dari masa lalunya karena kita semua sudah tidak hidup di sana. Semua orang bisa berubah, biarkan mereka membuktikannya.
Jadikan kepandaian sebagai kebahagiaan bersama, sehingga mampu meningkatkan rasa ikhlas tuk bersyukur atas kesuksesan.
Kadang kamu harus buat keputusan tuk mengalah, atau kamu akan kehilangan dia yang kamu cinta hanya karena kamu keras kepala.
Dalam cinta, ketika ada yang berbeda, jangan mencari siapa yang salah, karena kamu dan dia adalah tim yang sama dengan tujuan yang sama.
Orang yang bisa mengendalikan emosinya adalah pemenang hidup sejati.
Jika bertanya, jangan mendiktekan jawabannya, agar informasi baru bisa bertamu.
Sebenarnya tantangannya bukan me-manage waktu tapi me-manage diri kita sendiri.
Anda mengetahui apa yang sharusnya tidak dilakukan ketika Anda "gagal". Jadi Anda menciptakan pengetahuan baru dan itu bukan kegagalan.
Lebih mudah melakukan sesuatu dengan benar daripada menjelaskan mengapa Anda tidak melakukannya dengan benar.
Seringkali kamu ragu untuk mengucapkan apa yang ada dihatimu karena kamu tidak yakin dia akan mendengarkanmu.
Yang penting itu bukan apa yang kita ketahui tapi apa yang kita bersedia pelajari.
Jgn menyerang orang karena iri ; dengki agar relasi dan rejeki terus bersemi dalam hidup ini.
Pria, Jika wanita marah, ajaklah dia berbelanja atau ke salon. Niscaya amarahnya langsung hilang.
Meski disakiti berkali-kali, wanita bijak tetap bisa memafkan dan semakin tegar seperti batu karang.
Makanan enak yang ditawarkan ke pria yang sedang marah, akan memedam amarahnya.
Menangis mungkin bukan solusi tapi terkadang dapat menjadi obat penenang.
Wanita bijak seperti angsa diatas air. Anggun namun tetap bekerja. Tetap tegar meski terluka.
Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih selama semangat masih menyengat.
Marilah kita membaikkan diri, sebelum menyesal pun tidak ada gunanya.
Wahai Yang Maha Lembut,manjakanlah hatiku yang sendiri ini, bahagiakanlah aku dalam pernikahan yang penuh cinta, yang mesra, yang setia.
Wahai Yang Maha Cinta, sandingkanlah aku dengan jiwa pilihan-Mu, yang karena kebaikanku - baikkanlah ia, tapi jika ia lebih baik - baikkanlah aku.
Bukan kemiskinan yang merendahkan, tapi hati yang menistai kebaikannya sendiri.
Tuhan, sesungguhnya kedamaianku hanya seperkasa keberserahanku kepada kekuasaan-Mu. Aku mohon Engkau menegaskan hatiku untuk menetapkan pilihanku.
Tuhan, kami titip Ibunda kami ya? Mohon dijaga, disayangi, dan dipastikan bahwa hatinya damai dan bahagia.
Burung tidak akan bisa terbang sebelum ia mencoba mengepakkan sayap. Kita pun begitu, jika ingin bisa melakukan sesuatu, kita harus mencoba.
Senyuman adalah obat gratis yang mampu membuat awet muda dan menambah kecantikan/ketampanan secara instan dan otomatis.
Hidup terasa manis bagi yang berpikir demikian, pahit bagi yang berpikir sebaliknya.
Orang sombong biasanya suka mengatakan hal berlebihan yang sebenarnya tidak ada padanya.
Orang yang emosional biasanya kurang rasional hingga tindakannya tidak proporsional.
Kesabaran memang penuh ujian, jika anda selalu lulus, kemenangan itu akan permanen selamanya.
Tuhanku, teduhkanlah hatiku dan pagari aku dengan malaikat-Mu malam ini agar esok pagi aku terbangun dengan damai. Amin.
Jangan sedih bila belum dipromosi karena tidak pandai cari muka, 'muka' akan datang jika anda tetap bekerja dengan hati.
Tuhan Yang Maha adil, berikanlah aku keadilan atas mereka yang telah melukaiku dengan sengaja. Amin.
Jangan sedih bila sekarang masih dipandang sebelah mata, buktikan bahwa anda layak mendapatkan kedua matanya.

Bagaimana dengan kata kata bijak diatas??Apakah bisa membantu anda yang sedang dalam kegalauan dalam hidup ini, semoga dengan membaca
kata kata bijak diatas bisa menjadikan anda lebih bijka lagi dalam menanggapi sebuah permasalahan yang setiap saat menerpa anda, SHARE atau LIKE jika Kata kata Bijak diatas bisa memotivasi anda untuk lebih bijak lagi.

Teroris

Teroris itu Berjenggot, Bercadar, Bercelana Ngatung…


Itulah stigma yang dihembuskan Australia dan AS dan kemudian diikuti Densus 88 dalam operasinya. Hal ini diungkapkan Noam Chomsky dari Massachussetts Institute of Technology AS. Lewat tulisannya di The Jakarta Post edisi 3 Agustus 1993, AS memiliki standar ganda.
“AS memanfaatkan istilah terorisme sebagai instrumen kebijakan standarnya untuk memukul lawan-lawannya dari kalangan Islam,” ujarnya yang penulis kutip dari Suara Islam edisi 127 (11-25 Shafar 1433 H/ 6-20 Januari 2012 M).
Kompasianers, tak heran, lanjut Chomsky, dalam prakteknya, Australia dan AS beserta sekutu mereka membuat definisi sendiri mereka yang disebut teroris, yakni orang berjenggot, berjubah, bercadar, dan bercelana ngatung, serta di pondokannya terdapat buku-buku keislaman.
Padahal Kompasianers, berdasarkan kasus-kasus yang diterima oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) sepanjang 2010-Juni 2011, telah terjadi 85 kali kekerasan dengan jumlah korban 373 orang. Kompasianers tahu siapa yang melakukan ini? Apakah mereka yang berjenggot, berjubah, bercadar, dan bercelana ngatung, serta di pondokannya terdapat buku-buku keislaman? Mereka adalah para anggota Republik Maluku Selatan (RMS) dan aktivis Tentara Pembebasan Nasional (TPN) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM).
1362702656340809292
Data Kontras yang dirilis pada 29 Juni2011 ini disebutkan, mereka melakukan aksi terorisme. Dalam 9 kali peristiwa di Timika pada 2011, belasan aparat keamanan dan pekerja sipil tewas dibantai TPN/ OPM. Bahkan Kapolsek Puncak jaya, AKP Dominggus Oktavianus Awes, ditembak saat memantau keamanan Bandara Mulia pada 24 Oktober 2011. Saat itu, tiba-tiba ia disergap dari belakang, dilumpuhkan, dan ditembak di tempat dalam jarak dekat. Apakah yang menembak itu berjenggot, berjubah, bercadar, dan bercelana ngatung, serta di pondokannya terdapat buku-buku keislaman? Sayang sekali, bukan! Mereka adalah TPN/ OPM. Apakah mereka ditangkap? Sayang sekali, tidak!
Mari Kompasianers ke tempat lain, yakni di Poso dan Makassar. Tujuah orang yang belum jelas kesalahannya ditembak mati di tiga tempat berbeda. Lalu, dua orang ditembak beberapa menit setelah menunaikkan sholat Dhuha di masjid Al Afiah di kompleks Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. Mereka semua orang sipil tanpa senjata dan tidak melakukan kontak senjata dengan petugas. Mereka adalah muslim yang mati tanpa jelas status yang dituduhkan pada mereka.
Ketidakadilan. Barangkali kata itulah yang menjadi dasar protes kerja Densus 88. Andai saja dasar operasi Densus 88 bukan berdasarkan stigma pesanan Australia dan AS, yakni mereka berjenggot, berjubah, bercadar, dan bercelana ngatung, serta di pondokannya terdapat buku-buku keislaman adalah teroris, barangkali tak akan ada teriakan pembubaran Densus 88.
RMS, TPN/ OPM yang jelas-jelas telah membunuh aparat keamanan dan warga sipil, tidak pernah mendapat tudingan sebagaimana warga Poso, yakni teroris. Mereka paling-paling disebut sebagai kriminal bersenjata. Padahal RMS, TPN/ OPM secara terang-terangan ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pernyataan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri Komjen Sutarman, yang penulis kutip dari Republika hari ini (Kamis, 7 Maret 2013), bahwa intelijen Densus telah mampu menekan ruang gerak teroris di Indonesia sungguh menggelikan.
“Densus 88 bubar, teroris menang. Jadi, jangan masyarakat terpancing oleh isu-isu yang membuat Densus 88 layak dibenci,” kata mantan ajudan Gus Dur ini.
Entahlah, ketika Sutarman membuat pernyataan itu sudah menggunakan fakta di lapangan. Yang pasti, pada saat Densus 88 menembak mati lima orang di Nusa Tengga Timur (NTT), tepatnya di Bima dan Dompu, MUI beserta ormas Islam dan LSM setempat membentuk Tim Pencari Fakta dan Rehabilitasi (TPFR). Hasil fakta atas tewasnya Roy asal Makassar dan Bahtiar asal Bima, NTB setelah ditembak Densus 88, tidak membuktikan mereka teroris.
Kompasianers, di Bandung, tulis Media Umat (Edisi 97, 6-13 Rabiul Awwl 1434 H), Densus 88 menangkap seorang tersangka teroris bernama Untung Budi Susanto (43). Saat ditangkap, Untung dalam kondisi sehat. Namun, baru sehari dalam masa interogasi, ia meninggal. Di hari berikut, jenazah diantar ke keluarganya oleh Densus 88 dalam peti mayat untuk segera dikuburkan. Saat itu rumah dijaga ketat belasan Densus 88 dengan senjata lengkap. Keluarganya diancam Densus 88 agar tidak melakukan tiga hal: membuka jenazah korban, melaporkan, dan menghubungi media massa.
Kompasianers, sampai saat ini, teroris sesungguhnya masih beredar, baik di Ambon maupun di Papua. Gerakan terorisme yang mengingkan pisah dari NKRI ini mendapat dukungan dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, teroris-teroris yang bukan berjenggot, berjubah, bercadar, dan bercelana ngatung, serta di pondokannya terdapat buku-buku keislaman ini mendapat dukungan dari LSM-LSM komprador atau kelompok sekutunya.
TPN/ OPM adalah milisi bersenjata dimonitori oleh organisasi yang dipimpin oleh Beny Wanda, yaitu Free West Papua Campaign (FWPC) dan International Lawyer for West Papua (ILWP). Salain Beny, menurut 19 dokumen rahasia Kopassus TNI-AD yang dibocorkan jaringan media Fairfax edisi 13 Agustus 2011, beberapa tokoh internasional yang mendukung OPM adalah lain Desmond Tutu dari Afrika Selatan, mantan PM Papua Nugini Michael Somare, Senator AS dari Partai Demokrat Dianne Feinstein, dan 40 anggota Kongres AS, serta anggota Parlemen dari Partai Buruh Inggris Andrew Smith.
Pada Januari 2012, almarhum Dr. Ahmad Sumargono, MM pernah mengatakan, “Konspirasi dan intervensi asing sudah sangat jelas di Papua.”. “Operasi intelejen asing asing juga dilakukan AS di Papua. Dari mana OPM mendapatkan senjata yang begitu banyak, juga LSM lokal dan asing yang beroperasi di Papua banyak yang dibiayai AS.”
Kalau mereka Islam, lanjut Ahmad, AS dan Barat pasti tak akan mendukung. Lihatlah di Moro di Filipina Selatan, Pattani di Thailand Selatan, Kashmir di India, Palestina, maupun Suriah. Jadi Kompasianers, selama masih ada orang-orang sipil yang berjenggot, berjubah, bercadar, dan bercelana ngatung, serta di pondokannya terdapat buku-buku keislaman, Australia dan AS serta sekutu-sekutunya akan terus mendukung Densus 88. Dan Polri akan terus mengeluarkan pernyataan sebagaimana Kabareskrim Sutarman,
“Bubarnya Densus 88 adalah kemunduran bagi upaya negara negara menangani teroris.”

Bidang Keilmuan

Mengapa Kami Tak Boleh Bercadar?


Pemerintah Perancis di bawah kepemimpinan Presiden Sarkozy melarang penggunaan cadar yang merupakan salah satu tuntunan agama bagi wanita Muslim. Sarkozy menyebut cadar bukan simbol agama, tapi simbol perbudakan. "Dan, kami tak mau wanita kami dipenjara di balik topeng, dari segala kehidupan sosial mereka," katanya seperti dikutip CNN.Keputusan Sarkozy ini tentu mendapat protes dan kecaman dari berbagai kalangan, khususnya Muslim maupun juga non-Muslim yang memperjuangkan kebebasan berekspresi bagi warga Prancis. Salah satu dari sekian besar arus protes dan kecaman itu keluar dari pena dan lisan seorang penulis bernama Hebah Ahmed yang kemudian diundang CNN untuk wawancara khusus mengenai hal ini. Ia menyebut Sarkozy, dengan keputusannya itu, telah merebut hak asasi wanita untuk berpakaian dan menentukan cara hidupnya sendiri. Ia bahkan mencurigai keputusan itu sebagai bentuk politisasi terhadap wanita. "Saya punya kebebasan untuk berekspresi, beragama dan berkeyakinan. Dan berpakaian seperti ini (bercadar, pen) adalah apa yang saya inginkan dan ini adalah pilihan yang harus dihormati oleh siapa saja," katanya di CNN.
Ketika reporter CNN bertanya pada Hebah tentang bagaimana kalau dia harus membuka cadarnya untuk sebuah pemeriksaan untuk alasan keamanan, seperti di bandara atau tempat umum lainnya. Hebah menyatakan bahwa dalam Islam memang setiap umatnya dituntut untuk menunjukkan identitasnya untuk alasan keamanan. Karenanya, ia tak masalah dengan hal itu. Bahkan, baginya itu benar-benar sesuatu yang sangat penting untuk keamanan. Namun, katanya, "Itu tidak berarti bahwa saya harus dilarang untuk bercadar sesuai dengan pilihan dan keyakinan saya, bukan?"
Di tengah-tengah negara-negara Barat gencar memperjuangkan ditegakkannya hak asasi –baik dalam berekspresi, berkeyakinan, dll, mereka sering kali terjebak pada penerapan standar ganda, seperti dalam kasus cadar ini. Sehingga, tak heran jika Presiden Sarkozy kerap kali dituduh politisi sayap kanan dan rasis oleh rakyat, akademisi atau pun pengamat Prancis.
Dan apa yang menjadi keputusannya saat ini, untuk melarang penggunaan cadar, jelas sebuah blunder dan akan terus mendapat kecaman. Sebab, selain karena itu bertentangan dengan hak asasi manusia dalam berakspresi, sehingga kecaman itu datang bukan hanya dari wanita Muslim, tapi non-Muslim. Hal itu juga karena kesan Islam di Prancis terus membaik, sehingga jumlah Muslim di Prancis mengalami perkembangan sangat pesat dan negeri itu menjadi salah satu yang terpesat di Eropa dengan populasi Muslim lebih dari 10%. [Husein/Mizan.com/Dari berbagai sumber]    

Bidang Keilmuan

Hubungan Hakekat Sholat dan Pengenalan Diri
 
Sunan Bonang menghubungkan hakikat salat berkaitan dengan pengenalan diri, sebab dengan melakukan salat seseorang sebenarnya berusaha mengenal dirinya sebagai ‘yang menyembah’, dan sekaligus berusaha mengenal Tuhan sebagai ‘Yang Disembah’. bait-bait dalam Suluk Wujil Sunan Bonang menulis:
Kebajikan utama (seorang Muslim)
Ialah mengetahui hakikat salat
Hakikat memuja dan memuji
Salat yang sebenarnya
Tidak hanya pada waktu isya dan maghrib
Tetapi juga ketika tafakur
Dan salat tahajud dalam keheningan
Buahnya ialah mnyerahkan diri senantiasa
Dan termasuk akhlaq mulia
Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini:
Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata
Lalu apa pula zikir yang sebenarnya?
Dengar: Walau siang malam berzikir
Jika tidak dibimbing petunjuk Tuhan
Zikirmu tidak sempurna
Zikir sejati tahu bagaimana
Datang dan perginya nafas
Di situlah Yang Ada, memperlihatkan
Hayat melalui yang empat
Yang empat ialah tanah atau bumi
Lalu api, udara dan air
Ketika Allah mencipta Adam
Ke dalamnya dilengkapi
Anasir ruhani yang empat:
Kahar, jalal, jamal dan kamal
Di dalamnya delapan sifat-sifat-Nya
Begitulah kaitan ruh dan badan
Dapat dikenal bagaimana
Sifat-sifat ini datang dan pergi, serta ke mana
Anasir tanah melahirkan
Kedewasaan dan keremajaan
Apa dan di mana kedewasaan
Dan keremajaan? Dimana letak
Kedewasaan dalam keremajaan?
Api melahirkan kekuatan
Juga kelemahan
Namun di mana letak
Kekuatan dalam kelemahan?
Ketahuilah ini
Sifat udara meliputi ada dan tiada
Di dalam tiada, di mana letak ada?
Di dalam ada, di mana tempat tiada?
Air dua sifatnya: mati dan hidup
Di mana letak mati dalam hidup?
Dan letak hidup dalam mati?
Kemana hidup pergi
Ketika mati datang?
Jika kau tidak mengetahuinya
Kau akan sesat jalan
Pedoman hidup sejati
Ialah mengenal hakikat diri
Tidak boleh melalaikan shalat yang khusyuk
Oleh karena itu ketahuilah
Tempat datangnya yang menyembah
Dan Yang Disembah
Pribadi besar mencari hakikat diri
Dengan tujuan ingin mengetahui
Makna sejati hidup
Dan arti keberadaannya di dunia
Kenalilah hidup sebenar-benar hidup
Tubuh kita sangkar tertutup
Ketahuilah burung yang ada di dalamnya
Jika kau tidak mengenalnya
Akan malang jadinya kau
Dan seluruh amal perbuatanmu, Wujil
Sia-sia semata
Jika kau tak mengenalnya.
Karena itu sucikan dirimu
Tinggalah dalam kesunyian
Hindari kekeruhan hiruk pikuk dunia
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak diberi jawaban langsung, melainkan dengan isyarat-isyarat yang mendorong Wujil melakukan perenungan lebih jauh dan dalam. Sunan Bonang kemudian berkata dan perkatannya semakin memasuki inti persoalan:
Keindahan, jangan di tempat jauh dicari
Ia ada dalam dirimu sendiri
Seluruh isi jagat ada di sana
Agar dunia ini terang bagi pandangmu
Jadikan sepenuh dirimu Cinta
Tumpukan pikiran, heningkan cipta
Jangan bercerai siang malam
Yang kaulihat di sekelilingmu
Pahami, adalah akibat dari laku jiwamu!
Dunia ini Wujil, luluh lantak
Disebabkan oleh keinginanmu
Kini, ketahui yang tidak mudah rusak
Inilah yang dikandung pengetahuan sempurna
Di dalamnya kaujumpai Yang Abadi
Bentangan pengetahuan ini luas
Dari lubuk bumi hingga singgasana-Nya
Orang yang mengenal hakikat
Dapat memuja dengan benar
Selain yang mendapat petunjuk ilahi
Sangat sedikit orang mengetahui rahasia ini
Karena itu, Wujil, kenali dirimu
Kenali dirimu yang sejati
Ingkari benda
Agar nafsumu tidur terlena
Dia yang mengenal diri
Nafsunya akan terkendali
Dan terlindung dari jalan
Sesat dan kebingungan
Kenal diri, tahu kelemahan diri
Selalu awas terhadap tindak tanduknya
Bila kau mengenal dirimu
Kau akan mengenal Tuhanmu
Orang yang mengenal Tuhan
Bicara tidak sembarangan
Ada yang menempuh jalan panjang
Dan penuh kesukaran
Sebelum akhirnya menemukan dirinya
Dia tak pernah membiarkan dirinya
Sesat di jalan kesalahan
Jalan yang ditempuhnya benar
Wujud Tuhan itu nyata
Mahasuci, lihat dalam keheningan
Ia yang mengaku tahu jalan
Sering tindakannya menyimpang
Syariat agama tidak dijalankan
Kesalehan dicampakkan ke samping
Padahal orang yang mengenal Tuhan
Dapat mengendalikan hawa nafsu
Siang malam penglihatannya terang
Tidak disesatkan oleh khayalan
Selanjutnya dikatakan bahwa diam yang hakiki ialah ketika seseorang melaksanakan salat tahajud, yaitu salat sunnah tengah malam setelah tidur. Salat semacam ini merupakan cara terbaik mengatasi berbagai persoalan hidup. Inti salat ialah bertemu muka dengan Tuhan tanpa perantara. Jika seseorang memuja tidak mengetahui benar-benar siapa yang dipuja, maka yang dilakukannya tidak bermanfaat. Salat yang sejati mestilah dilakukan dengan makrifat. Ketika melakukan salat, semestinya seseorang mampu membayangkan kehadiran dirinya bersama kehadiran Tuhan. Keadaan dirinya lebih jauh harus dibayangkan sebagai ’tidak ada’, sebab yang sebenar-benar Ada hanyalah Tuhan, Wujud Mutlak dan Tunggal yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Sedangkan adanya makhluq-makhluq, termasuk manusia, sangat tergantung kepada Adanya Tuhan.
Diam dalam tafakur, Wujil
Adalah jalan utama (mengenal Tuhan)
Memuja tanpa selang waktu
Yang mengerjakan sempurna (ibadahnya)
Disebabkan oleh makrifat
Tubuhnya akan bersih dari noda
Pelajari kaedah pencerahan kalbu ini
Dari orang arif yang tahu
Agar kau mencapai hakikat
Yang merupakan sumber hayat
Wujil, jangan memuja
Jika tidak menyaksikan Yang Dipuja
Juga sia-sia orang memuja
Tanpa kehadiran Yang Dipuja
Walau Tuhan tidak di depan kita
Pandanglah adamu
Sebagai isyarat ada-Nya
Inilah makna diam dalam tafakur
Asal mula segala kejadian menjadi nyata
Setelah itu Sunan Bonang lebih jauh berbicara tentang hakikat murni ‘kemauan’. Kemauan yang sejati tidak boleh dibatasi pada apa yang dipikirkan. Memikirkan atau menyebut sesuatu memang merupakan kemauan murni. Tetapi kemauan murni lebih luas dari itu.
Renungi pula, Wujil!
Hakikat sejati kemauan
Hakikatnya tidak dibatasi pikiran kita
Berpikir dan menyebut suatu perkara
Bukan kemauan murni
Kemauan itu sukar dipahami
Seperti halnya memuja Tuhan
Ia tidak terpaut pada hal-hal yang tampak
Pun tidak membuatmu membenci orang
Yang dihukum dan dizalimi
Serta orang yang berselisih paham
Orang berilmu
Beribadah tanpa kenal waktu
Seluruh gerak hidupnya
Ialah beribadah
Diamnya, bicaranya
Dan tindak tanduknya
Malahan getaran bulu roma tubuhnya
Seluruh anggota badannya
Digerakkan untuk beribadah
Inilah kemauan murni
Kemauan itu, Wujil!
Lebih penting dari pikiran
Untuk diungkapkan dalam kata
Dan suara sangatlah sukar
Kemauan bertindak
Merupakan ungkapan pikiran
Niat melakukan perbuatan
Adalah ungkapan perbuatan
Melakukan shalat atau berbuat kejahatan
Keduanya buah dari kemauan
Di sini Sunan Bonang agaknya berpendapat bahwa kemauan atau kehendak (iradat) , yaitu niat dan iktiqad, mestilah diperbaiki sebelum seseorang melaksanakan sesuatu perbuatan yang baik. Perbuatan yang baik datang dari kemauan baik, dan sebaliknya kehendak yang tidak baik melahirkan tindakan yang tidak baik pula. Apa yang dikatakan oleh Sunan Bonang dapat dirujuk pada pernyataan seorang penyair Melayu (anonim) dalam Syair Perahu, seperti berikut:
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetulkan jalan tempat berpindah
Di sanalah iktiqad diperbaiki sudah
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil tubuhmu
Tiada berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal diammu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan

La ilaha illa Allah tempat mengintai
Medan yang qadim tempat berdamai
Wujud Allah terlalu bitai
Siang malam jangan bercerai
(Doorenbos 1933:33)
Tamsil Islam universal lain yang menonjol dalam Suluk Wujil ialah cermin beserta pasangannya gambar atau bayang-bayang yang terpantul dalam cermin, serta Mekkah. Para sufi biasa menggunakan tamsil cermin, misalnya Ibn `Arabi. Sufi abad ke-12 M dari Andalusia ini menggunakannya untuk menerangkan falsafahnya bahwa Yang Satu meletakkan cermin dalam hati manusia agar Dia dapat melihat sebagian dari gambaran Diri-Nya (kekayaan ilmu-Nya atau perbendaharaan-Nya yang tersembunyi) dalam ciptaan-Nya yang banyak dan aneka ragam. Yang banyak di alam kejadian (alam al-khalq) merupakan gambar atau bayangan dari Pelaku Tunggal yang berada di tempat rahasia dekat cermin (Abu al-Ala Affifi 1964:15-7).
Pada pupuh atau bait ke-74 diceritakan Sunan Bonang menyuruh muridnya Ken Satpada mengambil cermin dan menaruhnya di pohon Wungu. Kemudian dia dan Wujil disuruh berdiri di muka cermin. Mereka menyaksikan dua bayangan dalam cermin. Kemudian Sunan Bonang menyuruh salah seorang dari mereka menjauh dari cermin, sehingga yang tampak hanya bayangan satu orang. Maka Sunan Bonang bertanya: ”Bagaimana bayang-bayang datang/Dan kemana dia menghilang?” (bait 81). Melalui contoh datang dan perginya bayangan dari cermin, Wujil kini tahu bahwa ”Dalam Ada terkandung tiada, dan dalam tiada terkandung ada” Sang Guru membenarkan jawaban sang murid. Lantas Sunan Bonang menerangkan aspek nafi (penidakan) dan isbat (pengiyaan) yang terkandung dalam kalimah La ilaha illa Allah (Tiada tuhan selain Allah). Yang dinafikan ialah selain dari Allah, dan yang diisbatkan sebagai satu-satunya Tuhan ialah Allah.
Pada bait atau pupuh 91-95 diceritakan perjalanan seorang ahli tasawuf ke pusat renungan yang bernama Mekkah, yang di dalamnya terdapat rumah Tuhan atau Baitullah. Mekkah yang dimaksud di sini bukan semata Mekkah di bumi, tetapi Mekkah spiritual yang bersifat metafisik. Ka’bah yang ada di dalamnya merupakan tamsil bagi kalbu orang yang imannya telah kokoh. Abdullah Anshari, sufi abad ke-12 M, misalnya berpandapat bahwa Ka’bah yang di Mekkah, Hejaz, dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Sedangkan Ka’bah dalam kalbu insan dibangun oleh Tuhan sebagai pusat perenungan terhadap keesaan Wujud-Nya (Rizvi 1978:78).
Sufi Persia lain abad ke-11 M, Ali Utsman al-Hujwiri dalam kitabnya menyatakan bahwa rumah Tuhan itu ada dalam pusat perenungan orang yang telah mencapai musyahadah. Kalau seluruh alam semesta bukan tempat pertemuan manusia dengan Tuhan, dan juga bukan tempat manusia menikmati hiburan berupa kedekatan dengan Tuhan, maka tidak ada orang yang mengetahui makna cinta ilahi. Tetapi apabila orang memiliki penglihatan batin, maka seluruh alam semesta ini akan merupakan tempat sucinya atau rumah Tuhan. Langkah sufi sejati sebenarnya merupakan tamsil perjalanan menuju Mekkah. Tujuan perjalanan itu bukan tempat suci itu sendiri, tetapi perenungan keesaan Tuhan (musyahadah), dan perenungan dilakukan disebabkan kerinduan yang mendalam dan luluhnya diri seseorang (fana’) dalam cinta tanpa akhir (Kasyful Mahjub 293-5).
Berdasarkan uraian tersebut, dapatlah dipahami apabila dalam Suluk Wujil dikatakan, “Tidak ada orang tahu di mana Mekkah yang hakiki itu berada, sekalipun mereka melakukan perjalanan sejak muda sehingga tua renta. Mereka tidak akan sampai ke tujuan. Kecuali apabila seseorang mempunyai bekal ilmu yang cukup, ia akan dapat sampai di Mekkah dan malahan sesudah itu akan menjadi seorang wali. Tetapi ilmu semacam itu diliputi rahasia dan sukar diperoleh. Bekalnya bukan uang dan kekayaan, tetapi keberanian dan kesanggupan untuk mati dan berjihad lahir batin, serta memiliki kehalusan budi pekerti dan menjauhi kesenangan duniawi.
Di dalam masjid di Mekkah itu terdapat singgasana Tuhan, yang berada di tengah-tengah. Singgasana ini menggantung di atas tanpa tali. Dan jika orang melihatnya dari bawah, maka tampak bumi di atasnya. Jika orang melihat ke barat, ia akan melihat timur, dan jika melihat timur ia akan menyaksikan barat. Di situ pemandangan terbalik. Jika orang melihat ke selatan yang tampak ialah utara, sangat indah pemandangannya. Dan jika ia melihat ke utara akan tampak selatan, gemerlapan seperti ekor burung merak. Apabila satu orang shalat di sana, maka hanya ada ruangan untuk satu orang saja. Jika ada dua atau tiga orang shalat, maka ruangan itu juga akan cukup untuk dua tiga orang. Apabila ada 10.000 orang melakukan shalat di sana, maka Ka`bah dapat menampung mereka semua. Bahkan seandainya seluruh dunia dimasukkan ke dalamnya, seluruh dunia pun akan tertampung juga”.
Wujil menjadi tenang setelah mendengarkan pitutur gurunya. Akan tetapi dia tetap merasa asing dengan lingkungan kehidupan keagamaan yang dijumpainya di Bonang.
Berbeda dengan di Majapahit dahulu, untuk mencapai rahasia Yang Satu orang harus melakukan tapa brata dan yoga, pergi jauh ke hutan, menyepi dan melakukan kekerasan ragawi. Di Pesantren Bonang kehidupan sehari-hari berjalan seperti biasa. Shalat fardu lima waktu dijalankan dengan tertib. Majlis-majlis untuk membicarakan pengalaman kerohanian dan penghayatan keagamaan senantiasa diadakan. Di sela-sela itu para santri mengerjakan pekerjaan sehari-hari, di samping mengadakan pentas-pentas seni dan pembacaan tembang Sunan Bonang menjelaskan bahwa seperti ibadat dalam agama Hindu yang dilakukan secara lahir dan batin, demikian juga di dalam Islam. Malahan di dalam agama Islam, ibadat ini diatur dengan jelas di dalam syariat. Bedanya di dalam Islam kewajiban-kewajiban agama tidak hanya dilakukan oleh ulama dan pendeta, tetapi oleh seluruh pemeluk agama Islam. Sunan bonang mengajarkan tentang egaliterianissme dalam Islam. Sunan bonang mengajarkan tentang egaliterisme di dalam Islam. Jika ibadat zahir dilakukan dengan mengerjakan rukun Islam yang lima, ibadat batin ditempuh melalui tariqat atau ilmu suluk, dengan memperbanyak ibadah seperti sembahyang sunnah, tahajud, taubat nasuha, wirid dan zikir. Zikir berarti mengingat Tuhan tanpa henti. Di antara cara berzikir itu ialah dengan mengucapkan kalimah La ilaha illa Allah. Di dalamnya terkandung rahasia keesaan Tuhan, alam semesta dan kejadian manusia.
Berbeda dengan dalam agama Hindu, di dalam agama Islam disiplin kerohanian dan ibadah dapat dilakukan di tengah keramaian, sebab perkara yang bersifat transendental tidak terpisah dari perkara yang bersifat kemasyarakatan. Di dalam agama Islam tidak ada garis pemisah yang tegas antara dimensi transendental dan dimensi sosial. Dikatakan pula bahwa manusia terdiri daripada tiga hal yang pemiliknya berbeda. Jasmaninya milik ulat dan cacing, rohnya milik Tuhan dan milik manusia itu sendiri hanyalah amal pebuatannya di dunia.

Bidang Tabliq & Pengembangan keilmuan

Filsafat ketuhanan


Omslag.jpg
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis.[1] Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.[1] Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.[1] Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.[2]

Daftar isi

Penelitian tentang Allah dalam Ilmu Filsafat

Tuhan dalam gambaran "kubus" dalam judul Tuhan tidak bermain dadu : Tuhan menciptkan dunia penuh
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi.[3] Hal ini bukan menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula pada teodise.[3] Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat.[3] Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman.[3] Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll).[3] Maka para filsuf mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri kita.[3]

Agama : Studi tentang tabiat Allah dan kepercayaan

Ide tentang Allah pada orang beragama secara umum biasanya dijelaskan dalam tabiat Allah; "Yang Maha Tinggi" (Anselmus mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih besar dari padanya tidak dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Baik dan sebagainya.[3][4][1] Menurut Anselmus, ajaran-ajaran kristiani bisa dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan otoritas lain (Kitab Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja).[1] Bahkan ia bisa menjelaskan eksistensi Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh mereka yang tidak beriman.[1] Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang menerima begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.[2]
Beberapa sikap orang beriman dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:
  • Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran turun-temurun dari para pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa bertanya.[2]
  • Manusia mulai bertanya mengapa dirinya ada?[2] Mengapa alam ada?[2]
  • Kemudian menanyakan Allah terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?[2]
Semua jawaban itu akan dijawab oleh para ahli dalam bidang yang disebut teologi; theos dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan ciptaan dengan ALlah.[2] Jawaban-jawabannya bisa sangat beragam, tergantung agama dan kepercayaan yang mana yang memberikan jawaban.[2] Namun setidaknya ada beberapa kesimpulan yang mereka berikan sebagai jawaban:
- Allah ada, dan adanya Allah itu dapat dibuktikan secara rasional juga; - Allah ada, tetapi tidak dapat dibuktikan adanya; - tidak dapat diketahui apakah Allah benar-benar ada; - Allah tidak ada, dan ketentuan ini dapat dibuktikan juga.[2]
Oleh karena itu filsafat berusaha membuktikan keyakinan-keyakinan manusia itu melalui berbagai jalan; metafisika, empirisme, rasionalisme, positivisme, spiritualisme dll.[2]

Teisme

Teisme adalah faham yang mempercayai adanya Tuhan.[2] Berasal dari bahasa Yunani Θεός=Teos dan νόμος=hukum=aturan=paham, jadi sebuah aturan atau paham tentang Tuhan atau pengakuan adanya Tuhan.[2]
Di bawah ini beberapa pemikir yang mempercayai adanya Allah, maka dengan begitu mereka pasti orang beragama:

Santo Agustinus(354-430)

Santo Agustinus percaya bahwa Allah ada dengan melihat sejarah dari drama penciptaan, yang melibatkan Allah dan manusia.[4] Allah menciptakan daratan untuk manusia, menciptakan manusia (Adam) yang berdosa melawan Allah.[4] Lalu Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden.[4] Kemudian setelah manusia berkembang, mereka berdosa lebih lagi dan dihukum dengan air bah dalam sejarah Nuh.[4] Orang-orang Yahudi yang diberikan perjanjian Allah ternyata tidak dapat memeliharanya sehingga dihukum melalui bangsa-bangsa lain.[4] Lalu Allah yang maha kasih menebus manusia melalui Yesus Kristus.[4] Dari sejarah ini Allah dapat selalu ada di tengah-tengah manusia.[4] Memang Agustinus adalah Bapa gereja, Uskup dari Hippo yang membela eksistensi Allah dari pandangan-pandangan lain yang ingin meruntuhkan paham teisme.[4] Tuhan didefinisikan dari sifat-sifatnya; maha tahu, maha hadir, kekal, pencipta segala sesuatu.[4] Namun lebih lagi, Tuhan bukan ada begitu saja, namun selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa besar manusia.[4]

Thomas Aquinas (1225-1274)

Santo Thomas Aquinas
Thomas Aquinas menggabungkan pemikiran Aristoteles dengan Wahyu Kristen.[4] Kebenaran iman dan rasa pengalaman bukan hanya cocok, namun juga saling melengkapi; beberapa kebenaran, seperti misteri dan inkarnasi dapat diketahui melalui wahyu, sebagaimana pengetahuan dari susunan benda-benda di dunia, dapan diketahui melalui rasa pengalaman; seperti kesadaran manusia akan eksistensi Allah, baik wahyu maupun rasa pengalaman dipakai untuk membentuk persepsi tentang adanya Allah.[4]
Thomas Aquinas terkenal dengan lima jalan (dalam Bahasa Latin; quinque viae ad deum) untuk mengetahui bahwa Allah benar-benar ada.[4]
  • Jalan 1 adalah gerak, bahwa segala sesuatu bergerak, setiap gerakan pasti ada yang menggerakkan, namun pasti ada sesuatu yang menggerakkan sesuatu yang lain, namun tidak digerakkan oleh sesuatu yang lain, Dialah Allah.[4]
  • Jalan 2 adalah sebab akibat, bahwa setiap akibat mempunyai sebabnya, namun ada penyebab yang tidak diakibatkan, Dialah sebab pertaman, Allah.[4]
  • Jalan 3 adalah keniscayaan, bahwa di dunia ini ada hal-hal yang bisa ada dan ada yang bisa tidak ada (contohnya adalah benda-benda yang dahulu ada ternyata ada yang musnah, namun ada juga yang dulu tidak ada ternyata sekarang ada), namun ada yang selalu ada (niscaya) Dialah Allah.[4]
  • Jalan 4 adalah pembuktian berdasarkan derajat atau gradus melalui perbandingan, bahwa dari sifat-sifat yang ada di dunia ( yang baik-baik) ternyata ada yang paling baik yang tidak ada tandingannya (sifat Allah yang serba maha) Dialah Allah.[4]
Jalan 5 adalah penyelenggaraan, bahwa segala ciptaan berakal budi mempunyai tujuan yang terarah menuju yang terbaik, semua itu pastilah ada yang mengaturnya, Dialah Allah.[4]

Descartes (1596-1650)

Rene Descartes memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang merupakan “gabungan antara pietisme Katolik dan sains.[5]Descartes adalah seorang filsuf rasionalis yang terkenal dengan pemikiran ide Allah.[6] Tantangan yang mendorong Descartes adalah keragu-raguan radikalnya, The Methode of Doubt , bahkan menurutnya,"indera bisa saja menipu, Yang Maha Kuasa dalam bayangan kita juga bisa saja menipu, sebab kita yang membayangkan". [7][6] Dalam menjawab skeptisisme orang-orang pada masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau, dekat kota Ulm - Jerman, disebut sebagai “perjalanan menara”, kata lain dari meditasi yang dilakukan, dia menemukan Cogito, ergo sum tahun 1618.[1][6] Karena orang pada zamannya meragukan apa yang mereka lihat, maka hal ini dipatahkan oleh Descartes bahwa apa yang dipikirkan saja sebenarnya sudah ada, minimal di pikiran.[6] Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri.[1] Jadi Allah di sini juga demikian, Allah sudah ada dengan sendirinya, bahkan lebih jauh Descartes mencari bukti-bukti empiris yang dia warisi dari para pendahulunya.[6]Keterbukaan untuk mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang dapat dipikirkan pasti bisa ada.[1] Alkitab salah satu bukti eksistensi Allah, kemudian juga relasi bahwa manusia, binatang, malaikat, dan obyek-obyek lain ada karena natural light yang adalah Allah sendiri.[6]
Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari fungsi iman, yang pada akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa iman manusia cenderung menolak Allah. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar Aku sampai pada Allah, 1. sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti diakibatkan oleh penyebab pertama, yaitu Allah.[1] Jalan yang kedua adalah secara ontologis, yang diwarisinya dari Anselmus.[1] Allah yang ada itu tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu entitas lain, maka Allah pasti ada dan bereksistensi.[1] Maka Allah yang ada dalam ide Descartes sempurna sudah, bahwa Dia ada dan dapat diandalkan dalam relasi dengan entitas lainnya itu.[1]

Imanuel Kant (1724-1804)

Immanuel Kant dengan kata-kata "Langit berbintang di atasku dan hukum moral di batinku"
Ajaran Kant tentang Allah ditemui dalam hukum moralnya melalui beberapa tahap: 1. Allah adalah suara hati, 2. Allah adalah tujuan moralitas, 3. Allah adalah pribadi yang menjamin bahwa orang yang bertindak baik demi kewajiban moral akan mengalami kebahagiaan sempurna.[1] Menurut Kant ada tiga jalan untuk membuktikan adanya Allah di luar spekulasi belaka, dan hal ini dimungkinkan:
  • dimulai dari menganalisa pengalaman kemudian menemui kualitas dari sense dunia kita, lalu meningkat menjadi bukum kausalitas mencapai penyebab di luar dunia.[8]
  • berdasar hal pertama, kita masih pada tataran pengalaman yang tidak bisa dijelaskan.[8]
  • di luar konsep-konsep itu, manusia memiliki a priori dalam rasionya, dan itu menjadi penyebab yang memang ada.[8]
Lalu dari usaha dari pengalaman dianalisa dengan a priori (pemikiran awal sebelum membutktikan sesuatu) dalam otak kita, kita membagi tiga bentuk definisi atas pengalaman; Psikologi-teologi, kosmologi dan ontologi.[8] Dari hal yang dialami (empiris) menuju transendensi; bahwa manusia hanya akan berspekulasi saja.[8] Kritik Kant terhadap Thomas Aquinas juga mengenai hal-hal spekulatif, padahal Allah nyata adanya.[8] Di sini Kant kemudian mengakui bahwa Allah sebagai pemberi a priori dan pengalaman itu sendiri tidak terdapat dalam baik pengalaman maupun a priori, namun melampaui hal itu.[8] Maka Kant sangat terkenal dengan kata-katanya '"Langit berbintang di atasku dan hukum moral di dalam batinku".[8] Di sinilah iman diperlukan, sebab Allah pada kenyataannya tidak bisa dibuktikan hanya dengan pengalaman inderawi semata.[8] Allah melampaui hal-hal rasio murni.[8]

Hegel (1770-1831)

Hegel juga disebut filsuf idealisme Jerman.[9] Ajaran yang terkenal dari Hegel adalah dialektika, di mana ada dua hal berbeda (bahkan kontras) yang bertemu dan membentuk hal baru.[1] Pertama-tama Hegel membedakan antara rasio murni (dalam Kant) sebagai kesadaran manusia, namun ada yang lebih dari itu yaitu intelek. Intelek itu senantiasa mengerjakan kinerja rasio dan intelektualitas sehingga dialektika terus terjadi.[1] Roh Absolut yang adalah intelek itu bekerja dan menyatakan dirinya dalam proses sejarah manusia.[1] Pekerjaan Roh itu dapat mencapai tujuannya dalam alam semesta ketika terjadi dialektika antara subjek dan objek, antara yang terbatas dan tidak terbatas, dan yang paling bisa dimengerti adalah antara yang imanen dan transenden.[1] Hegel berpendapat Allah di dalam agama Kristen juga bekerja seperti peristiwa reformasi yang sebenarnya merupakan peristiwa pemulih atau pengembali keadaan manusia menjadi baik kembali.[1] Dari peristiwa-peristiwa itu maka Allah menurut Hegel dapat diartikan dalam tiga tahap: 1. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah adalah proses perjalanan Roh (Allah) yang menemukan dirinya sendiri 2. Melalui manusia dengan kesadarannya, Roh itu menemukan dirinya (peristiwa revolusi oleh Napoleon misalny) 3. Sehingga terjadi keselarasan arah gerak manusia dan arah gerak Roh dalam emansipasi dan kebebasan manusia, untuk itu Roh akan memakai nama "Akal budi".[1] Namun Allah yang dinyatakan Hegel sebenarnya terikat pada manusia yang berproses dalam sejarah.[1]

Schleiermacher (1768-1834)

Schleiermacher adalah penganut Kant, namun baginya Allah lebih baik tidak ditelusuri dengan metafisika belaka, namun perlu dihayati kehadirannya, yaitu dengan kontemplasi.[1] Baginya, Allah yang tidak bisa ditangkap inderawi tidak bisa juga dilacak dengan rasio murni.[1] Istilah yang dipakai oleh Schleiermacher untuk Allah adalah "Sang Universum".[1] Jika Kant mengenal Allah sebagai pemberi hukum moral yang melampaui rasionya, Schleiermacher menganggap Allah yang dimaksud Kant tidak memadai dalam kehidupan manusia, sebab Allah hanya pemberi ganjaran kepada orang yang baik dan penghukum orang yang kurang baik.[1] Sebab Allah, bagi Schleiermacher tidak mungkin memberi hukuman kekal kepada manusia lantaran ia tidak sempurna, hal ini dikarenakan bahwa manusia diciptakan Allah bukan agar ia sempurna, melainkan agar ia berikhtiar mencapai kesempurnaan itu.[1]
Scleiermacher mendekati Allah bukan dari teori spekulatif, bukan dengan pendekatan moral-praktis, melainkan pendekatan intuitif-batin, dalam bahasanya melalui kontemplasi dan perasaan.[1] "Di sinilah agama merenungkan Sang Universum, di dalam caranya mengekspresikan diri dan tindakannya, agama ingin mendegarkan bisikan suara Sang Universum itu dengan khidmat,... Dalam kepasifan anak-anak, agama ingin ditangkap dan dipenuhi oleh daya pengaruhnya"[1] Agama adalah Sang Universum sendiri.[1] Sang Universum ditangkap dari alam dunia yang mamanifestasikannya.[1] Namun alam dunia bukanlah Sang Universum yang berdiri sendiri, namun tetap memanifestasikan alam.[1] Pembedaan ini melaui dua tahap; 1. Alam adalah wahyu Allah, dan ditangkap oleh sanubari manusia, 2. wahyu yang lebih tinggi dan lebih baik adalah manusia yang menurut Schleiermacher tidak terbagi-bagi dan tidak terbatas, namun bereksistensi.[1] Dalam aktivitas umat manusia itulah Allah menyatakan diri, alam diresapi oleh Yang Ilahi.[1] Namun manusia bukanlah Allah sendiri.[1] Maka tugas agama adalah mencari menemukan Allah yang ada di luar dirinya.[1] Agama harus tinggal dengan pengalaman-pengalaman langsung untuk mencari Allah dan mencari keterhubungannya secara menyeluruh, bukan berfilosofi.[1]