Filsafat ketuhanan
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis.
[1]
Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen,
Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
memikirkannya.
[1] Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.
[1] Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara
absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
[2]
Penelitian tentang Allah dalam Ilmu Filsafat
Tuhan dalam gambaran "kubus" dalam judul Tuhan tidak bermain dadu : Tuhan menciptkan dunia penuh
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut
teologi filosofi.
[3]
Hal ini bukan menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi
alam semesta, yakni makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang
semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada diri-Nya sendiri,
Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula pada
teodise.
[3] Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat.
[3] Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman.
[3]
Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan
menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat lainnya (Filsafat
manusia, filsafat alam dll).
[3] Maka para filsuf mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara
refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu,
ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri kita.
[3]
Agama : Studi tentang tabiat Allah dan kepercayaan
Ide tentang Allah pada orang beragama secara
umum
biasanya dijelaskan dalam tabiat Allah; "Yang Maha Tinggi" (Anselmus
mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih besar dari padanya tidak
dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha
Baik dan sebagainya.
[3][4][1]
Menurut Anselmus, ajaran-ajaran kristiani bisa dikembangkan dengan
rasional, jadi tanpa bantuan otoritas lain (Kitab Suci, wahyu, ajaran
Bapa Gereja).
[1] Bahkan ia bisa menjelaskan eksistensi Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh mereka yang tidak beriman.
[1]
Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang menerima begitu saja
ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan mengapa dirinya
ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.
[2]
Beberapa sikap orang beriman dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:
- Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran turun-temurun
dari para pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa
bertanya.[2]
- Manusia mulai bertanya mengapa dirinya ada?[2] Mengapa alam ada?[2]
- Kemudian menanyakan Allah terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?[2]
Semua jawaban itu akan dijawab oleh para ahli dalam bidang yang disebut
teologi; theos dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan ciptaan dengan ALlah.
[2] Jawaban-jawabannya bisa sangat beragam, tergantung
agama dan kepercayaan yang mana yang memberikan jawaban.
[2] Namun setidaknya ada beberapa kesimpulan yang mereka berikan sebagai jawaban:
- Allah ada, dan adanya Allah itu dapat dibuktikan secara rasional
juga; - Allah ada, tetapi tidak dapat dibuktikan adanya; - tidak dapat
diketahui apakah Allah benar-benar ada; - Allah tidak ada, dan ketentuan
ini dapat dibuktikan juga.
[2]
Oleh karena itu filsafat berusaha membuktikan keyakinan-keyakinan manusia itu melalui berbagai jalan;
metafisika,
empirisme,
rasionalisme,
positivisme,
spiritualisme dll.
[2]
Teisme
Teisme adalah faham yang mempercayai adanya Tuhan.
[2]
Berasal dari bahasa Yunani Θεός=Teos dan νόμος=hukum=aturan=paham, jadi
sebuah aturan atau paham tentang Tuhan atau pengakuan adanya Tuhan.
[2]
Di bawah ini beberapa pemikir yang mempercayai adanya Allah, maka dengan begitu mereka pasti orang beragama:
Santo Agustinus(354-430)
Santo Agustinus percaya bahwa Allah ada dengan melihat
sejarah dari
drama penciptaan, yang melibatkan Allah dan manusia.
[4] Allah menciptakan daratan untuk manusia, menciptakan manusia (Adam) yang ber
dosa melawan Allah.
[4] Lalu
Adam dan
Hawa diusir dari
Taman Eden.
[4] Kemudian setelah manusia berkembang, mereka berdosa lebih lagi dan dihukum dengan air bah dalam sejarah
Nuh.
[4] Orang-orang
Yahudi yang diberikan perjanjian Allah ternyata tidak dapat memeliharanya sehingga dihukum melalui
bangsa-bangsa lain.
[4] Lalu Allah yang maha kasih menebus manusia melalui Yesus Kristus.
[4] Dari sejarah ini Allah dapat selalu ada di tengah-tengah manusia.
[4] Memang Agustinus adalah
Bapa gereja,
Uskup dari Hippo yang membela
eksistensi Allah dari pandangan-pandangan lain yang ingin meruntuhkan paham
teisme.
[4] Tuhan didefinisikan dari sifat-sifatnya; maha tahu, maha hadir, kekal, pencipta segala sesuatu.
[4] Namun lebih lagi, Tuhan bukan ada begitu saja, namun selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa besar manusia.
[4]
Thomas Aquinas (1225-1274)
Thomas Aquinas menggabungkan pemikiran
Aristoteles dengan
Wahyu Kristen.
[4] Kebenaran iman dan rasa pengalaman bukan hanya cocok, namun juga saling melengkapi; beberapa
kebenaran, seperti misteri dan
inkarnasi dapat diketahui melalui wahyu, sebagaimana
pengetahuan dari susunan
benda-benda
di dunia, dapan diketahui melalui rasa pengalaman; seperti kesadaran
manusia akan eksistensi Allah, baik wahyu maupun rasa pengalaman dipakai
untuk membentuk persepsi tentang adanya Allah.
[4]
Thomas Aquinas terkenal dengan lima jalan (dalam Bahasa Latin;
quinque viae ad deum) untuk mengetahui bahwa Allah benar-benar ada.
[4]
- Jalan 1 adalah gerak, bahwa segala sesuatu bergerak, setiap
gerakan pasti ada yang menggerakkan, namun pasti ada sesuatu yang
menggerakkan sesuatu yang lain, namun tidak digerakkan oleh sesuatu yang
lain, Dialah Allah.[4]
- Jalan 2 adalah sebab akibat, bahwa setiap akibat mempunyai sebabnya, namun ada penyebab yang tidak diakibatkan, Dialah sebab pertaman, Allah.[4]
- Jalan 3 adalah keniscayaan, bahwa di dunia ini ada hal-hal
yang bisa ada dan ada yang bisa tidak ada (contohnya adalah benda-benda
yang dahulu ada ternyata ada yang musnah, namun ada juga yang dulu tidak
ada ternyata sekarang ada), namun ada yang selalu ada (niscaya) Dialah
Allah.[4]
- Jalan 4 adalah pembuktian berdasarkan derajat atau gradus
melalui perbandingan, bahwa dari sifat-sifat yang ada di dunia ( yang
baik-baik) ternyata ada yang paling baik yang tidak ada tandingannya
(sifat Allah yang serba maha) Dialah Allah.[4]
Jalan 5 adalah
penyelenggaraan, bahwa segala ciptaan berakal
budi mempunyai tujuan yang terarah menuju yang terbaik, semua itu
pastilah ada yang mengaturnya, Dialah Allah.
[4]
Descartes (1596-1650)
Rene Descartes memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang merupakan “gabungan antara
pietisme Katolik dan
sains.
[5]Descartes adalah seorang filsuf rasionalis yang terkenal dengan pemikiran
ide Allah.
[6] Tantangan yang mendorong Descartes adalah keragu-raguan radikalnya,
The Methode of Doubt , bahkan menurutnya,
"indera bisa saja menipu, Yang Maha Kuasa dalam bayangan kita juga bisa saja menipu, sebab kita yang membayangkan".
[7][6] Dalam menjawab
skeptisisme orang-orang pada masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau, dekat kota
Ulm -
Jerman, disebut sebagai “perjalanan menara”, kata lain dari
meditasi yang dilakukan, dia menemukan
Cogito, ergo sum tahun 1618.
[1][6]
Karena orang pada zamannya meragukan apa yang mereka lihat, maka hal
ini dipatahkan oleh Descartes bahwa apa yang dipikirkan saja sebenarnya
sudah ada, minimal di pikiran.
[6] Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri.
[1]
Jadi Allah di sini juga demikian, Allah sudah ada dengan sendirinya,
bahkan lebih jauh Descartes mencari bukti-bukti empiris yang dia warisi
dari para pendahulunya.
[6]Keterbukaan untuk mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang dapat dipikirkan pasti bisa ada.
[1] Alkitab salah satu bukti eksistensi Allah, kemudian juga relasi bahwa manusia, binatang, malaikat, dan
obyek-obyek lain ada karena
natural light yang adalah Allah sendiri.
[6]
Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari
fungsi iman, yang pada akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa
iman manusia cenderung menolak Allah. Ada dua hal yang bisa ditempuh
agar
Aku sampai pada Allah, 1. sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti diakibatkan oleh penyebab pertama, yaitu Allah.
[1] Jalan yang kedua adalah secara ontologis, yang diwarisinya dari Anselmus.
[1] Allah yang ada itu tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu
entitas lain, maka Allah pasti ada dan bereksistensi.
[1] Maka Allah yang ada dalam ide Descartes sempurna sudah, bahwa Dia ada dan dapat diandalkan dalam
relasi dengan entitas lainnya itu.
[1]
Imanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant dengan kata-kata "Langit berbintang di atasku dan hukum moral di batinku"
Ajaran Kant tentang Allah ditemui dalam hukum moralnya melalui
beberapa tahap: 1. Allah adalah suara hati, 2. Allah adalah tujuan
moralitas, 3. Allah adalah pribadi yang menjamin bahwa orang yang
bertindak baik demi kewajiban moral akan mengalami kebahagiaan sempurna.
[1] Menurut Kant ada tiga jalan untuk membuktikan adanya Allah di luar spekulasi belaka, dan hal ini dimungkinkan:
- dimulai dari menganalisa pengalaman kemudian menemui kualitas dari sense dunia kita, lalu meningkat menjadi bukum kausalitas mencapai penyebab di luar dunia.[8]
- berdasar hal pertama, kita masih pada tataran pengalaman yang tidak bisa dijelaskan.[8]
- di luar konsep-konsep itu, manusia memiliki a priori dalam rasionya, dan itu menjadi penyebab yang memang ada.[8]
Lalu dari usaha dari pengalaman dianalisa dengan a priori (pemikiran
awal sebelum membutktikan sesuatu) dalam otak kita, kita membagi tiga
bentuk definisi atas pengalaman;
Psikologi-
teologi,
kosmologi dan
ontologi.
[8] Dari hal yang dialami (empiris) menuju
transendensi; bahwa manusia hanya akan ber
spekulasi saja.
[8] Kritik Kant terhadap Thomas Aquinas juga mengenai hal-hal spekulatif, padahal Allah nyata adanya.
[8] Di sini Kant kemudian mengakui bahwa Allah sebagai pemberi
a priori dan pengalaman itu sendiri tidak terdapat dalam baik pengalaman maupun a priori, namun melampaui hal itu.
[8] Maka Kant sangat terkenal dengan kata-katanya '"
Langit ber
bintang di atasku dan hukum
moral di dalam
batinku"
.[8] Di sinilah iman diperlukan, sebab Allah pada kenyataannya tidak bisa dibuktikan hanya dengan pengalaman inderawi semata.[8] Allah melampaui hal-hal rasio murni.[8]
Hegel (1770-1831)
Hegel juga disebut filsuf idealisme Jerman.
[9]
Ajaran yang terkenal dari Hegel adalah dialektika, di mana ada dua hal
berbeda (bahkan kontras) yang bertemu dan membentuk hal baru.
[1] Pertama-tama Hegel membedakan antara rasio murni (dalam Kant) sebagai kesadaran manusia, namun ada yang lebih dari itu yaitu
intelek. Intelek itu senantiasa mengerjakan kinerja rasio dan intelektualitas sehingga dialektika terus terjadi.
[1] Roh Absolut yang adalah intelek itu bekerja dan menyatakan dirinya dalam proses sejarah manusia.
[1]
Pekerjaan Roh itu dapat mencapai tujuannya dalam alam semesta ketika
terjadi dialektika antara subjek dan objek, antara yang terbatas dan
tidak terbatas, dan yang paling bisa dimengerti adalah antara yang
imanen dan transenden.
[1] Hegel berpendapat Allah di dalam agama Kristen juga bekerja seperti peristiwa
reformasi yang sebenarnya merupakan peristiwa pemulih atau pengembali keadaan manusia menjadi baik kembali.
[1]
Dari peristiwa-peristiwa itu maka Allah menurut Hegel dapat diartikan
dalam tiga tahap: 1. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah adalah
proses perjalanan Roh (Allah) yang menemukan dirinya sendiri 2. Melalui
manusia dengan kesadarannya, Roh itu menemukan dirinya (peristiwa
revolusi oleh Napoleon misalny) 3. Sehingga terjadi keselarasan arah
gerak manusia dan arah gerak Roh dalam
emansipasi dan
kebebasan manusia, untuk itu Roh akan memakai nama "Akal budi".
[1] Namun Allah yang dinyatakan Hegel sebenarnya terikat pada manusia yang berproses dalam sejarah.
[1]
Schleiermacher (1768-1834)
Schleiermacher adalah penganut
Kant, namun baginya Allah lebih baik tidak ditelusuri dengan
metafisika belaka, namun perlu dihayati kehadirannya, yaitu dengan
kontemplasi.
[1] Baginya, Allah yang tidak bisa ditangkap
inderawi tidak bisa juga dilacak dengan
rasio murni.
[1] Istilah yang dipakai oleh Schleiermacher untuk Allah adalah "Sang Universum".
[1] Jika Kant mengenal Allah sebagai pemberi
hukum moral yang melampaui rasionya, Schleiermacher menganggap
Allah yang dimaksud Kant tidak memadai dalam kehidupan manusia, sebab Allah hanya pemberi
ganjaran kepada orang yang baik dan penghukum orang yang kurang baik.
[1]
Sebab Allah, bagi Schleiermacher tidak mungkin memberi hukuman kekal
kepada manusia lantaran ia tidak sempurna, hal ini dikarenakan bahwa
manusia diciptakan Allah bukan agar ia sempurna, melainkan agar ia
berikhtiar mencapai kesempurnaan itu.
[1]
Scleiermacher mendekati Allah bukan dari teori spekulatif, bukan dengan pendekatan
moral-praktis, melainkan pendekatan
intuitif-batin, dalam
bahasanya melalui
kontemplasi dan perasaan.
[1]
"Di sinilah agama merenungkan Sang Universum, di dalam caranya
mengekspresikan diri dan tindakannya, agama ingin mendegarkan bisikan
suara Sang Universum itu dengan khidmat,... Dalam kepasifan anak-anak,
agama ingin ditangkap dan dipenuhi oleh daya pengaruhnya"
[1] Agama adalah Sang Universum sendiri.
[1] Sang
Universum ditangkap dari
alam dunia yang ma
manifestasikannya.
[1] Namun alam dunia bukanlah Sang Universum yang berdiri sendiri, namun tetap memanifestasikan alam.
[1] Pembedaan ini melaui dua tahap; 1. Alam adalah
wahyu
Allah, dan ditangkap oleh sanubari manusia, 2. wahyu yang lebih tinggi
dan lebih baik adalah manusia yang menurut Schleiermacher tidak
terbagi-bagi dan tidak terbatas, namun bereksistensi.
[1] Dalam aktivitas umat manusia itulah Allah menyatakan diri, alam diresapi oleh Yang Ilahi.
[1] Namun
manusia bukanlah Allah sendiri.
[1] Maka tugas agama adalah mencari menemukan Allah yang ada di luar dirinya.
[1]
Agama harus tinggal dengan pengalaman-pengalaman langsung untuk mencari
Allah dan mencari keterhubungannya secara menyeluruh, bukan
berfilosofi.
[1]