Merindukan Pemimpin yang Hebat
Kamu punya pemimpin teladan yang kamu anggap hebat? Apa? Nggak ada? Ah,
yang benar, Bro en Sis! Hmm.. bisa dimaklumi sih. Kalo jaman sekarang
memang susah dapetin pemimpin yang keren dan hebat, bahkan menjadi
teladan sekaligus pelindung serta kebanggaan bagi rakyatnya. Saat ini
banyak orang berlomba ingin jadi pemimpin, mungkin karena jabatan amat
menggiurkan. Lihat deh banyak yang sengaja ingin mencalonkan jadi
walikota, bupati, gubernur dan juga presiden. Tayangan di televisi
akhir-akhir ini bikin mules dan mual karena penuh dengan iklan
orang-orang yang seperti bernafsu banget jadi pemimpin negeri. Tapi, apa
benar mereka calon pemimpin hebat? Apa bisa dalam sistem demokrasi
(yang memang buatan manusia itu), bisa hasilkan pemimpin hebat? Kita
patut merenungkannya.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Sebagai muslim,
kita seharusnya hanya kenal dengan sistem Islam dan hanya menjadikan
Islam sebagai landasan dalam berpikir dan berbuat. Ada banyak catatan
sejarah kejayaan Islam dan lengkap dengan para pemimpinnya. Mau tahu?
Baca terus ya.
Teladan sepanjang masa
Ini kisah tentang Abu Bakar ash-Shiddiq ra. yang dinukil dari kitab
al-Bidayah wa an-Nihayah, bab Masa Khulafaur Rasyidin, karya Ibnu
Katsir. Selepas dibaiat, Abu Bakar mulai berpidato setelah memuji Allah
Pemilik segala pujian, ‘Amma ba’du, “Para hadirin sekalian,
sesungguhnya aku telah terpilih sebagai pimpinan atas kalian dan
bukanlah aku yang terbaik. Maka jika aku berbuat kebaikan bantulah aku.
Dan jika aku bertindak keliru maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah
amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di
antara kalian, sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat
mengembalikan haknya kepadanya, insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat
di antara kalian, maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan
mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya. Tidaklah suatu
kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali Allah akan timpakan
kepada mereka suatu kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian terbesar di
tengah suatu kaum kecuali adzab Allah akan ditimpakan kepada seluruh
kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan RasulNya.
Tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya maka tiada kewajiban taat atas
kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan shalat
semoga Allah merahmati kalian.” (Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah 4/413-414, tahqiq oleh Hamma Sa’id dan Muhammad Abu Suailik)
Bagaimana dengan Umar bin Khaththab ra? Bro en Sis, beliau bahkan
sudah didoakan oleh Rasulullah untuk bisa masuk Islam. Dalam sebuah
riwayat dituturkan, “Nabi saw telah berdoa kepada Allah swt, Ya Allah
kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau
cintai, dengan ‘Umar bin Khaththab atau dengan Abu Jahal bin Hisyam.” (HR Tirmidziy, dari Ibnu Umar. Shahih)
Inilah doa Rasulullah saw. ketika beliau sangat menginginkan salah
seorang dari dua umar tersebut bisa masuk Islam. Ketika itu, keduanya
masih dalam kondisi kafir. Mereka juga memiliki kesamaan karakter,
bersikap sangat keras terhadap siapa saja yang dimusuhinya. Hingga
akhirnya, Allah Swt. mengabulkan doa Rasulullah saw. dengan menjadikan
Umar bin Khaththab sebagai seorang Muslim. Bahkan lebih dari itu, Umar
ra. menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. yang setia membela dan
memperkokoh risalah Islam seraya tetap memiliki sifat kerasnya, yang
sangat keras terhadap musuh-musuh Allah dan RasulNya, musuh-musuh Islam,
namun sangat terlihat lembut kepada kaum Muslimin, bahkan lebih lembut
daripada perlakuan mereka kepada Umar sendiri. Sebagaimana yang
dikatakannya, “Kekerasanku hanya berlaku bagi mereka yang menyimpang
dari aturanku. Dan bagi mereka yang bersama Allah maka kelembutanku
melebihi dari pada saudaraku sendiri”
Dialah, Umar bin Khaththab yang begitu takutnya menyandang gelar
Amirul Mukminin sehingga ia rela hidup secukupnya agar menjadi contoh
para gubernurnya agar tidak menjadi pemimpin yang hidup berkemewahan.
Khalifah Umar ra., pemimpin negara Khilafah yang luas wilayahnya
meliputi Jazirah Arab, Persia, Irak, Syam (sekarang: Syria, Yordania,
Lebanon, Israel, dan Palestina), serta Mesir, pernah berkata: “Andaikan
ada seekor hewan di Irak kakinya terperosok di jalan, aku takut Allah
akan meminta pertanggungjawabanku kenapa tidak mempersiapkan jalan
tersebut (menjadi jalan yang rata dan bagus).”
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, bahkan beliau
tidak pandang bulu. Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah menyita
sendiri seekor unta gemuk milik putranya, Abdullah bin Umar, karena
kedapatan digembalakan di padang rumput milik Baitul Mal. Ini dinilai
Umar sebagai bentuk penyalahgunaan fasilitas negara. Bandingkan kalo
sekarang ada istri pemimpin yang malah risau ketika ada warganya yanga
hanya mempertanyakan kebiasaan anaknya mengenakan baju lengan panjang
saat difoto. Aya-aya wae!
Kerisauan Umar ra. yang takut kelak akan dihadapkan pada pengadilan
Allah, kemudian beliau risau kalau ditanya tentang rakyatnya. Kata
beliau, “demi Allah kalau benar aku telah berbuat adil terhadap mereka,
aku tetap khawatir akan diri ini. Aku khawatir tidak dapat menjawab
pertanyaan Allah. Dan risau kalau ada rakyat yang terzalimi olehku,
sedangkan aku tidak menyadarinya”
Umar bin Khaththab terkenal tegas dan kukuh dalam berpegang kepada
kebenaran. Namun, dalam hal kematian beliau pun senantiasa teringat
padanya. Beliau menangis saat mendengarkan ayat-ayat atau peringatan
tentang akhirat. Bahkan cincin yang dikenakannya bertuliskan “Kematian
itu sudah cukup sebagai peringatan, wahai Umar!” Demi menumbuhkan
keberanian rakyat mengoreksi aparat, Khalifah Umar bin al-Khaththab di
awal pemerintahannya pernah menyatakan, “Jika kalian melihatku menyimpang dari jalan Islam maka luruskan aku walaupun dengan pedang.”
Beliau juga mengajarkan para pemimpin di bawahnya, yakni para
gubernur untuk tidak menyalahgunakan kekuasaannya. Pernah ‘Amru bin Ash,
gubernur yang sangat berjasa menaklukkan Mesir, diberi hukuman cambuk
karena seorang rakyat Mesir melapor bahwa dirinya pernah dipukul oleh
anak sang gubernur. Orang yang melapor itu sendiri yang disuruh
memukulnya. Sungguh adil!
Abdulah bin Qathin, seorang gubernur yang bertugas di Hamash, pernah
dilucuti pakaiannya lalu disuruh menggantinya dengan baju gembala,
kemudian disuruh menggembala domba beberapa saat. Sebelumnya ada yang
diperintahkan membakar pintu rumahnya, karena salah seorang rakyatnya
bercerita setelah ditanya oleh Umar tentang keadaan gubernurnya. Dia
menjawab, “Cukup bagus, hanya sayangnya dia mendirikan rumah mewah.”
Kemudian gubernur itu disuruh memasang kembali pintunya dan dipesan,
“Kembalilah ke tempat tugasmu tapi jangan berbuat demikian lagi. Saya
tidak pernah memerintahkan engkau membangun rumah besar,” tegas Umar.
Sekarang? Haduh, ada seorang pemimpin daerah yang bukan saja rumahnya
yang mewah, tetapi suka belanja barang mewah.
Sobat gaulislam, sebaliknya terhadap gubernurnya yang sederhana, Umar
sangat sayang. Seperti yang dilakukannya terhadap Sa’ad bin al-Jamhi
yang diprotes rakyatnya karena selalu terlambat membuka kantornya, tidak
melayani rakyatnya di malam hari dan tidak membuka kantor sehari dalam
seminggu. Itu dilakukan karena Sa’ad tidak memiliki pembantu sehingga
dia membantu istrinya membuatkan adonan roti. Nanti setelah adonan itu
mengembang, barulah berangkat ke kantor. Masih ada nggak yang kayak gini
ya?
Sa’ad tidak melayani rakyatnya di malam hari karena waktu itu
digunakan untuk bermunajat dan memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Dan sengaja tidak membuka kantor sehari dalam seminggu kecuali
di sore hari karena ia harus mencuci pakaian dinas dan menunggu hingga
kering.
Bro en Sis, kayaknya kamu perlu tahu juga deh kisah Umar bin Abdul
Aziz, yang juga sebagai khalifah (kepala negara). Ketika itu, dunia
Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani Umayyah. Dalam sejarah,
Khalifah ke-8 Bani Umayyah, yakni Umar bin Abdul Aziz (memimpin pada
717-720 M)—yang juga merupakan cicit dari Umar bin Khattab ra—sebagai
salah seorang Amirul Mukminin yang menggoreskan tinta emas dalam bingkai
sejarah kejayaan kekhalifahan di masanya. Beliau dikenal sebagai
pemimpin yang menjadi teladan atas kepemimpinannya serta dalam menjaga
kesejahteraan dan keamanan rakyatnya.
Beliau juga dikenal teladan dalam mengatur pemerintahan dan mengatur
aparat-aparatnya, lho. Termasuk dalam memberantas korupsi. Dalam sebuah
riwayat disebutkan, suatu ketika, demi menjaga agar tidak mencium bau
minyak wangi yang bukan haknya, Khalifah Umar bin Abdul Azis sampai
menutup hidungnya saat mengunjungi baitul mal yang di dalamnya ada
tempat penyimpanan minyak wangi. Maka, dengan teladan pemimpin,
pemberantasan tindak korupsi jadi mudah. Umar bin Abdul Aziz berupaya
untuk membersihkan baitul mal dari pemasukan harta yang tidak halal dan
berusaha mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya saja. Beliau
membuat perhitungan dengan para Amir bawahannya agar mereka
mengembalikan harta yang sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak
sah. Di samping itu, Umar sendiri mengembalikan milik pribadinya, yang
waktu itu berjumlah sekitar 40.000 dinar setahun, ke baitul mal. Harta
tersebut diperoleh dan warisan ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan.
Sobat gaulislam, ini dia yang benar-benar ikhlas demi semata
mengharap ridho Allah Swt. ketika berkuasa dan memimpin rakyat. Jabatan
bukanlah alat untuk menumpuk harta demi memperkaya diri dan keluarganya.
Sebab, jabatan adalah amanah. Umar bin Khaththab dan Umar bin Abdul
Aziz udah nunjukkin tanggung jawab dan keikhlasannya ketika menjadi
pemimpin. Subhanallah. Keren banget euy! Pas deh dengan sabda Rasulullah
saw.,”Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan
pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas
urusan rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bagaimana dengan kita saat ini? Ayo bersiap diri untuk belajar Islam,
mendakwahkannya dan berjuang untuk menegakkannya agar lahir para
pemimpin hebat kelak. Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar