Islam Agama Hanif
Mohammad Dzikron
Alumni Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta/Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Alam kehidupan sehari-hari terkadang kita masih
melihat praktik-praktik ke-Islaman yang masih jauh dari Islam yang
sesungguhnya. Misalnya, orang Muslim yang setiap hari melakukan shalat
namun selesai shalat masih suka menipu, mencuri, korupsi, berbuat
maksiat dan lain sebagainya.Atau misalnya orang Muslim yang mengaku
sebagai insan yang paling memegang kuat syariah Islam namun dalam
mendakwahkan ajaran Islam masih menggunakan kekerasan dan bukan dengan
jalan kedamaian.
Atau kita
sering melihat banyak orang yang menekuni ilmu ke-Islaman, namun ilmunya
masih berhenti pada tataran teori dan sama sekali tidak terwujud dalam
kehidupannya sehari-hari. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa banyak
umat Islam saat ini yang mengaku Islam namun pada hakekatnya belum
memahami Islam sebenarnya. Meyakini Islam tapi baru sebatas pada simbol
keislaman dan sama sekali belum menyentuh aspek riil dalam
keber-Islamannya. Salah satu penyebab yang melatarbelakangi hal itu
adalah adanya pengabaian akan pemahaman yang utub terhadap paradigma
Islam sebagai agama yang hanif.
Dalam
Al-Qur'an, kata hanfftelah diulang dalam berbagai ayat sebanyak sepuluh
kali, sedangkan kata hunafâ'diulang selama dua kali. Kata hanif dalam
Al-Qur'an biasanya diterjemahkan dengan kata lurus. Sehingga, agama yang
hanif adalahagamayanglurus.Atauterkadang dimaknai dengan makna condong.
Maka, agama Islam yang hanif adalah agama yang lurus menuju Tuhan, dan
atau condong hanya kepada Tuhan yang satu, tidak membelok kepada yang
lain. Sebab itu pula maka agama hanif adalah agama tauhid. Itulah agama
yang dibawa Nabi Ibrahim, sebagai bapak para Nabi. Dalam surat
Al-Baqarah ayat 135 misalnya, disebutkan:
Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia dari orang- orang yang musyrik. Oleh sebab itu, agama Nabi Ibrahim as adalah agama yang lurus hanya kepada Allah. Sehingga Nabi Ibrahim bukanlah seseorang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Kerangka dasar paradigma keberagamaan ini sangat jelas dan seharusnya menjadi dasar berpikir dan berbuat bagi umat Muslim seluruhnya.
Untuk memahami Islam sebagai agama hanif kita juga
perlu melihat secara historis sebuah gerakan yang muncul di tengah
masyarakat Arab yang dahulu disebut sebagai
gerakan al-Hanafiyah. Letak penting gerakan ini ada pada kemunculannya
di masa transisi, dari masa pra-Islam me nuju masa Islam.
Pada waktu itu, penyebaran al-Hanafiyah yang
diikuti oleh sebagian para tokoh, para cendekiawan, para penyair dan
orang- orang yang tercerahkan merupakan gerakan revolusioner yang pemah
muncul sebe lum diutusnya Nabi Muhammad saw. Fe nomena munculnya gerakan
al-Hanafiy yah ini merupakan realitas sejarah yang tak mungkin
dihindari. Bahkan hal tersebut merupakan keharusan karena kebutuhan
masyarakat terhadap perubahan yang lebih baik dan untuk meninggalkan
budaya kejahiliahan yang telah merajalela.
Masyarakat ketika itu dihadapkan dengan
kekuatan-kekuatan produktivitasyang terus berkembang, baik produktivitas
dalam perdagangan, perindustrian maupun dalam pertanian. Bahkan
perkampungan yang kecil berubah menjadi besar, aktivitas kehidupan yang
semakin aktif dan dinamika kehidupan yang begitu cepat, semuanya memaksa
terjadinya percepatan perubahan dalam masyarakat.
Dengan demikian gerakan al-Hanafiy-yah tersebut
merupakan kumpulan dari al-hunafâ', yaitu orang-orang yang dengan
segenap kemampuan dan keistimewaan yang ada pada dirinya, baik itu
kecerdasan akainya, pengetahuannya, yang menumbuhkan sikap kritis
terhadap berbagai problem kehidupan manusia. Oleh karenanya, mereka
tercirikan sebagai orang-orang yang relatif lebih terpelajar dan
memiliki budi pekerti yang baik. Mereka juga menolak menyembah berhala
karena dipandang sebagai suatu hal yang menyimpang dan sia-sia. Dengan
itu mereka lebih condong untuk menyerukan kepada ke-Esaan Allah sebagai
sebuah keyakinan yang telah terpatri dalam hidupnya.
Demikian
juga mereka menjadi sebuah kelompok yang memiliki moralitas tinggi,
menolak segala bentuk kehinaan yang dapat menjerumuskannya dalam lembah
kenistaan. Karenanya mereka
menjauhi perbuatan zina, meminum khamer, mengubur hidup-hidup anak
perempuan. Ajakan-ajakan itu merupakan upaya untuk menyebarkan agama
hanif sebagai sebuah pencarian terhadap agama baru yang lebih rasional.
Pada akhirnya fenomena gerakan al-Hanafiyah tersebut menjadi titik awal
bagi muncuinya "kesadaran" baru dalam ber-Islam dan berdinamika
membangun peradaban yang utama.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan babwa Islam
adalah agama hanif. Ajaran agama Islam yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad saw pada dasarnya adalah sama dengan ajaran agama-agama yang
disampaikan oleh para Nabi-Nabi terdahulu.Ajaran Islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad saw merupakan penyempurna dari ajaran-ajaran agama
sebelumnya, sehingga menjadi agama yang kita kenal dan kita yakini
sebagai agama Rahmatan Lil'Alamîn. Wallâhu a'lam bi al-shawâb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar