MEDIA ONLINE IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Rabu, 01 Mei 2013

Filsafat

Sejarah Filsafat Yunani

P E N D A H U L U A N

Mempelajari filsafat yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama, yang memberitahukan tentang asal mula segala sesuatu, baik dunia maupun manusia. Akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng-dongeng atau mite-mite itu, karena tidak dapat dibuktikan oleh akal. Kebenarannya hanya dapat diterima oleh iman atau kepercayaan. Para filsuf yang pertama adalah orang-orang yang mulai meragukan cerita mite-mite dan mulai mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu. Sudah barang tentu kemenangan akal atas mite-mite itu tidak mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad.

Awal pergumulan akal dengan mite-mite itu terjadi pada kira-kira abad ke-6 SM. Pergumulan itu umpamanya demikian: menurut mite pelangi atau bianglala adalah seorang dewa atau dewi (menurut orang jawa : tangga temapat para bidadari turun dari sorga). Akan tetapi Xenophanes mengemukakan pendapatnya , bahwa pelangi adalah awan, sedang Anaxagoras berpendapat, bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan. Jelaslah bahwa pendapat kedua orang ini bukan karena mite, melainkan karena pengguanaan aka, yang mendekati gejala pelangi dengan pikirannya. Pendekatan yang rasional demikian itu menghasilkan suatu pendapat yang dapat dikontrol, dapat diteliti akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Cara berpikir yang demikian inilah cara berfilsafat.

Para pemikir pertama filsafati yang pertama hidup di Miletos, kira-kira pada abad ke-6 SM. Bagaimana percisnya ajaran mereka, sukar ditetapkan, sebab sebelum plato tidak ada hasil karya para filsuf itu yang telah seutuhnya dibukukan. Pengetahuan kita tentang apa yang mereka pikirkan, disimpulkan dari potongan-potongan, yang diberitakan oleh orang-orang yang hidup lebih kemudian daripada mereka. Dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsuf-filsuf alam, artinya: mereka adalah para ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan ini menjadi sasaran pemikiran mereka. Karena mereka ditakjubkan oleh alam yang penuh keanekaragaman dan gerak ini, mereka menanyakan kepada soal apa yang ada dibelakang semua itu.
Akan tetapi sasaran yang diselidiki para filsuf pertama ini lebih luas dibanding dengan sasaran yang biasanya diselidiki oleh filsafat pada zaman sekarang. Pemikiran mereka mencakup segala sesuatu yang dapat dipikirkan akal. Filsafat mereka meliputi segala sesuatu yang sekarang disebut ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ilmu bintang-bintang, ilmu hayat, ilmu kedokteran dan politik. Jadi pada waktu itu belum ada pemisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan khusus seperti yang terjadi pada zaman sekarang.

Demikianlah yang diperhatikan oleh para ahli pikir yang pertama di Miletos itu adalah alam, bukan manusia. Hanya saja harus diingat, bahwa yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah seluruh kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi pemikiran mereka dicurahkan kepada apa yang dapat diamati. Banyak sekali pernyataan-pernyataan mereka yang mengenai gejala-gejala alam. Bahwa perhatian yang besar kepada gejala-gejala alam itu bersifat filsafati, bukan bersifat keagamaan atau perhatian biasa, tampak disini, bahwa mereka mencari asas pertama (arkhe), tempat segala yang ada didirikan. Ini bukan pemikiran bersahaja, sebab maksud mereka adalah menemukan asas pertama segala sesuatu atau mencari hal yang mutlak, yang berada dibelakang yang serba berubah ini. Mereka mencari yang hakiki, dasar yang ada dibelakang segala gejala.

SARI SEJARAH FILSAFAT PARMENIDES – EPIKUROS
1. Parmenides (540 – 475), yang dilahirkan di Elea.
Jikalau Herakleitos mengajarkan, bahwa hakekat segala kenyataan adalah perubahan, maka Parmenides menentangnya dan mengemukakan, bahwa kenyataan bukanlah gerak dan perubahan, melainkan keseluruhan yang bersatu, yang tidak bergerak, yang tidak berubah.
Arti besar parmenides adalah ialah, bahwa ia menemukan secara mendalam idea atau gagasan tentang “ada” . gagasan ini dituangkan dalam suatu syair tentang alam, yang isinya terdiri dari pendahuluan dan dua bagian.
Didalam pendahuluan dijelaskan bagaimana yang ilahi telah memberikan kebenaran kepadanya. Selanjutnya dikatakan, bahwa ada dua jalan mendapatkan pengetahuan, yaitu : jalan yang benar dan jalan yang sesat. Jalan yang sesat, yang menipu, member pengetahuan yang semu.
Adapun pengetahuan yang semu adalah segala pengetahuan yang telah dimiliki orang hingga saat ini, yaitu pengetahuan yang gagasan dasarnya adalah kejamakan dan perubahan. Pengetahuan ini disebabkan oleh penipuan indera manusia.
Di dalam bagian pertama syairnya, dibicarakan hal kenyataan yang benar. Kenyataan yang benar ini hanya dapat diketahui dengan akal, bukan dengan pengamatan indera.
Menurut Parmenides “yang ada itu” . inilah yang disebut kebenaran yang tidak mungkin diungkiri. Mengenai “yang ada” orang dapat mengemukakan dua pengandaian. Orang dapat mengemukakan, bahwa “yang ada” itu tidak ada, atau bahwa “yang ada” itu sekaligus ada dan tidak ada. Kedua pengandaian ini salah, sebab mustahil, bahwa “yang ada” itu tidak ada, atau bahwa “yang ada” itu sekaligus ada dan tidak ada. Mustahil bahwa “yang ada” itu tidak ada, dan bahwa “yang tidak ada” itu ada. “yang tidak ada” justru tidak ada, dan “yang tidak ada” mustahil dapat dipikirkan atau dibicarakan. Yang dapat dipikirkan dan dibicarakan hanya “yang ada” saja. Jelaslah bahwa “yang ada itu ada” dan “yang tidak ada itu tidak ada”. Jalan tengah tidak mungkin. “yang ada” tidak mungkin menjadi “tidak ada”, dan “yang tidak ada” tidak mungkin menjadi ada.
Oleh karena “yang tidak ada” tidak dapat dipikirkan, maka berada dan berpikir adalah sama, identik.
Jikalau “yang ada” demikian itulah adanya, maka “yang ada” tidak boleh tidak tentu satu, tidak terbagi, tidak berawal dan berakhir, tidak dapat muncul daripada “yang tidak ada”, dan tidak akan menjadi tidak ada. Tiada masa lampau dan masa depan bagi “yang ada”, keadaaannya hanya “sekarang” semata-mata. Yang ada tidak dapat dibagi-bagi, tentu akan ada banyak “yang ada”, aka nada kejamakan. Yang ada ini juga tidak berubah, sebab perubahan mengandaikan di dalamnya hal yang tidak ada.
Pemikiran Parmenides ini adalah suatu pandangan yang genial. Pikirannya dituntaskan secara konsekuen. Baginya kenyataan adalah suatu kesatuan, tanpa pembedaan anatara segi yang rohani dan yang jasmani. Akibatnya, yang ada itu disamakan dengan sesuatu yang bulat, yang tidak memerlukan tambahan, tetapi yang mengambil ruang. Oleh karena itu ia mengatakan, bahwa tiada ruang kosong, sebab seandainya ada ruang kosong, diluar yang ada masih ada sesuatu yang lain lagi.
Para filsuf dari elea yang kemudian daripada Parmenides berusaha untuk mempertahankan kesatuan ada dan sifat ada yang tidak dapat berubah.

2. Zeno dari Elea, yang lahir pada kira-kira tahun 490 SM, adalah murid Parmenides, yang coba membuktikan , bahwa gerak adalah suatu khayalan, dan bahwa tiada kejamakan serta tiada ruang kosong.
Ada bermacam-macam alasan yang dikemukakan untuk membuktikan, bahwa gerak adalah suatu khayalan. Diantara bukti-bukti ialah :
A. Bahwa Akhilles, pelari termasyhur Yunani, tidak akan pernah dapat mengejar seekor kura-kura yang bejalan di depannya dalam jarak tertentu. Sebab setiap kali Akhilles sampai di tempat kura-kura mulai berjalan, kura-kura itu sudah meninggalkan tempat startnya. Demikian itu terjadi terus menerus, akhirnya Akhilles tidak pernah dapat mengejar kura-kura itu. Bukti yang lain ialah, bahwa sebuah anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebenarnya tidak bergerak, melainkan setiap saaat berhenti. Hanya kelihatannya saja bergerak.
B. Untuk membuktikan bahwa tiada kejamakan, Zeno mengemukakan, bahwa seandainya ada kejamakan, sepotong garis dapat dibagi-bagi, yang tiap bagiannya paling sedikit terdiri dari dua titik, yaitu titik pangkal dan titik ujungnya. Bagian ini, karena memiliki jarak antara titik pangkal dan titik ujung, tentu dapat dibagi-bagi lagi, yang bagiannya terdiri dari dua titik, yaitu titik pangkal dan titik ujung. Demikianlah pembagiannya itu dapat terus menerus dilakukan, sebab setiap bagian senantiasa terdiri dari paling sedikit dua titik yang terpisah oleh suatu jarak. Pembagian yang demikian itu dalam kenyataannya tidak mungkin. Oleh karenanya harus disimpulkan, bahwa kejamakan tidak ada.
C. Untuk membuktikan bahwa tiada ruang kosong, Zeno mengemukakan, bahwa seandainya ada ruang kosong, ruang kosong itu pasti mengambil tempatdalam ruang yang lain, dan ruang yang lainnya itu mengambil tempatnya lagi dalm ruang yang lain. Demikian seterusnya, tiada henti-hentinya. Oleh karena hal yang demikian itu tidak mungkin, maka harus disimpulkan, bahwa ruang kosong tidak ada.

Pada waktu sesudah para filsuf Elea ini filsafat tetap ditempatkan pada suatu pilihan yang sulit, seperti yang dihadapi Parmenides, yaitu : apakah kenyataan itu berada dalam “ada” yang tak berubah, atau berada dalam gejala-gejala yang terus menerus berubah itu. Semua ahli piker yang ditempatkan diantara Parmenides dan Sokrates harus dilihat dalam terang pemilihan yang sulit ini. Para ahli pikir itu adalah Empedokles, Anaxagoras, dan Demokritos.

Ketiga filsuf yang akan dibicarakan sekarang ini termasuk filsuf kejamakan.
Sejak Thales hingga Parmenides yang ditekankan adalah monisme, yaitu, bahwa kenyataan seluruhnya bersifat satu, karena hanya terdiri dari satu unsure saja. Parmenides umpamanya menguraikan hal itu secara berlebih-lebihan. Segala kejamakan dan per ubahan yang disaksikan oleh indera ditolak mentah-mentah. Alasan yang dikemukakan, sekalipun mengesan, namun kesimpulannya tidak diterima.
Para filsuf yang kemudian daripadanya, kembali kepada kejamakan, artinya : mereka berpendapat bahwa kenyataan seluruhnya terdiri dari banyak asas atau banyak unsur. Sebagian besar ajaran Parmenides diterima oleh para filsuf ini; kesaksian indera diterima juga, tidak ditolak seperti yang dilakukan Parmenides. Hal ini disebabkan karena: 1 ciri-ciri yang dikenakan Parmenides pada “yang ada” yaitu: tidak dilahirkan, tidak dapat dimusnahkan dan tidak berunah, dikenakan kepada anasir-anasr ( rizomata); anasir-anasir inilah yang tidak dilahirkan, tidak termusnahkan, dan tidak berubah; 2. Perubahan-perubahan yang tampak diterangkan demikian, bahwa anasir-anasir yang tetap sama itu digabungkan dan diceraikan dengan cara yang bermacam-macam.

3. EMPEDOKLES (492-432 SM)
Dilahirkan di Akragas, Sisilia. Hasil karyanya dituangkan dalam bentuk syair, yaitu : tentang Alam dan tentang penyucian, atau suatu pemikiran filsafati tentang alam dan suatu buah pikiran yang bersifat mistis-keagamaan. Di antara kedua tulisan ini tiada hubungannya.
Ia setuju dengan pendapat Parmenides, bahwa di dalam alam semesta tiada sesuatu pun yang dilahirkan sebagai hal yang baru dan dapat dibinasakan sehingga tiada lagi. Demikian juga ia setuju dengan Parmenides, bahwa tiada ruang kosong. Akan tetapi ia menentang pendapat Parmenides, bahwa kesaksian indera adalah palsu. Memang, pengamatan yang dengan indera menunjukan hal yang jamak, yang berubah, akan tetapi bentuk kenyataan yang bermacam-macam itu hanya disebabkan karena penggabungan dan pemisahan keempat anasir (rizomata) yang menyusun segala kenyataan. Keempat anasir itu ialah : air, udara, api, dan tanah.keempat anasir ini mempunyai kualitas yang sama, yaitu tidak berubah (umpamanya : anasir tanah tidak mungkin berubah menjadi anasir air). Segala yang ada terdiri dari keempat anasir itu. Perbedaan-perbedaan yang ada diantara benda-benda disebabkan Karena campuran atau penggabungan keempat anasir tadi berbeda-beda. Misalnya : tulang terdiri dari 2 bagian anasir tanah, 2 bagian anasir air dan 4 bagian anasir api. Demikian seterusnya. Proses penggabungan dan pemisahan anasir-anasir itu diatur oleh dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu cinta (filotes) dan benci (neikos). Cinta mempunyai sifat menggabungkan, sedang benci menceraikan. Oleh Empedokles keduanya dipandang sebagai cairan halus yang meresapi semua benda. Dengan demikian segala sesuatu dipandang sebagai bersifat bendawi.
Semula keempat anasir itu digabungkan dalam suatu harmoni atau keselarasan cinta, akan tetapi kemudian benci mengusahakn supaya anasir-anasir itu terus-menerus diceraikan, sehingga makin lama segala sesuatu makinjauh dari keselarasan yang semula. Oleh Karen aproses penggabungan dan penceraian inilah maka segala kejadian dapat dikelompokan dalam 4 zaman, yang berlangsung terus menerus, silih berganti, yang satu sesudah yang lain, dan kembali lagi pada yang pertama, tiada henti-hentinya.
Pada zaman yang pertama cinta dominan. Alam semesta bagaikan bola, yang semua anasirnya tercampur secara sempurna dan benci tersisih ke ujung. Akan tetapi pelan-pelan benci memasuki alam semesta. Pada zaman yang kedua anasi-anasir yang tercampur sempurna tadi mulai diceraikan, sehingga ada sebagian yang masih kuat dikuasai cinta, tetapi ada juga sebagian yang mulai dikuasai benci. Sekalipun benda-benda masih mempunyai kemantapan, namun sudah dapat binasa. Makhluk-makhluk yang hidup dapat mati. Menurut Empedokles, manusia pada zaman sekarang ini hidup dalam zaman kedua ini. Pada zaman yang ketiga penceraian menjadi sempurna, sehingga benci berdominan, berkuasa. Keempat anasir-anasir itu tercerai-berai menjadi empat lapisan yang konsentris atau berpusat satu, yaitu anasir bumi dipusat, sedang anasir api dipermukaan. Cinta mendapat giliran tersingkir ke ujung. Pada zaman yang keempat cinta mulai meresap ke dalam kosmos. Zaman ini sejajar dengan zaman yang kedua, yang diakhiri dengan dominasi cinta. Tetapi proses ini belum selesai. Kembalilah zaman yang pertama dimulai, demikian seterusnya.
Didalam proses penggabungan dan penceraian ini terjadilah makhluk-makhluk yang hidup. Secara singkat hal itu diuraikan sbb :
Sebelum ada matahari tanah telah mengandung didalamnya anasir panas, yang mengakibatkan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, yang semula masih belum berbentuk, semacam embryo di dalam kandungan ibunya. Dari tmbuhan-tumbuhan yang belum berbentuk itu kemudian berkembanglah pohon-pohon yang berdaun dan berbuah. Setelah tumbuh-tumbuhan terjadilah binatang-binatang, yang semula hanya berwujud anggota-anggota tubuh yang terlepas yang satu daripada yang lain, tetapi yang kemudian berkembang menjadi binatang-binatang. Mengenai manusia dikatakan, bahwa manusia semula mempunyai bentuk yang luar biasa besarnya, tetapi yang kemudian berkembang menjadi manusia seperti yang yang sekarang ini. Hal itu semuanya disebabkan oleh hukum yang demikian, bahwa yang sama menarik yang sama, seperti umpamanya : anasir tanah menarik tanah yang diluar, anasir air menarik air yang di luar.
Teori pengenalan Empedokles juga didasarkan atas hokum penggabungan tersebut : yang sama mengenal yang sama. Karena anasir tanah yang ada pada manusia itulah maka manusia mengenal tanah, dank arena anasir airlah ia mengenal air. Demikian seterusnya.
Dalam bukunya yang kedua, tentang penyucian, Empedokles mengajarkan tentang perpindahan jiwa, dan caranya membebaskan diri dari perpindahan jiwa itu, yaitu dengan mentahirkn diri.

4. ANAXAGORAS (499-420 SM)
Filsuf kejamakan kedua adalah Anaxagoras yang sebagian besar hidupnya dimanfaatkan di Athena.
Pendapat orang mengenai dia bermacam-macam, akan tetapi bagaimanapun satu hal yang jelas, yaitu bahwa ia menolak ajaran Parmenides yang monistis itu. Menurut dia, kenyataan bukanlah satu, sebab kenyataan terdiri dari banyak anasir, yang masing-masing memiliki kualitas yang sama dengan kualitas “yang ada”, yaitu : tidak dijadikan, tidak berubah dan berada di ruang yang kosong. Didalam hal ini ada kesamaannya dengan Empedokles. Hanya saja menurut Anaxagoras, anasir tidak hanya empat, seperti yang diajarkan Empedokles, melainkan tidak terhitung bilangannya. Anasir-anasir itu tidak disebut Arizomata (akar), tetapi spermata (benih-benih). Benih-benih yang banyak tak terbilang itu keadaanya bermacam-macam juga. Segala sesuatu tersusun dari benih-benih atau anasir-anasir itu.
Seperti hal nya dengan Empedokles, ia juga mengajarkan teori tentang penggabungan dan penceraian. Oleh karena segala sesuatu terjadi dari benih-benih yang banyak itu, maka menurut Anaxagoras, segalanya terdapat dalam segalanya, artinya : semua benih mengandung semua kualitas. Sekalipun benda dapat dibagi-bagi hingga tak terhingga, namun semua kualitas selalu ada dalam benda itu. (salju umpanya tidak hanya memiliki warna putih saja, tetapi juga warna hitam, merah, hijau, dan sebagainya; tidak hanya mengandung darah, tetapi juga daging, kuku, dan sebagainya). Oleh karena itu jika orang makan apa saja, ia telah mendapatkan semua itu. Demikianlah kenyataan seluruhnya adalah suatu campuran semua benih, dan tiap benda mengandung didalamnya semua benih. Hanya saja, yang dilihat adalah benih yang dominan, umpamanya : salju tampak putih.
Pokok penting dalam ajaran Anaxagoras adalh teorinya tentang nous (roh, rasio). Roh ini terpisah dari segala sesuatu, tidak tercampur dengan benih-benih. Roh adalah yang terhalus dan tersempurna dari segala sesuatu. Sekalipun demikian kekuatannya melebihi segala sesuatu. Oleh karena itu roh menguasai segala sesuatu yang berjiwa. Semula benih-benih mewujudkan suatu khaos, suatu kekacauan, akan tetapi kemudian roh menyebabkan adanya suatu gerak-dunia dalam kekacauan yang asali itu, sehingga terpisahlah benih-benih tadi dan timbul suatu tertib.
Anaxagoras membedakan antara roh (nous) dengan benda. Akan tetapi uraiannya tentang roh itu menampakan, bahwa roh belum juga bebas dari segala kebendaan.

5. LEUKIPPOS DAN DEMOKRITOS
Dua filsuf terakhir yang dipandang sebagai filsuf pra Sokrates. Keduanya dipandang sebagai flsuf yang mengajarkan tentang atom.
Mengenai leukippos tidak banyak yang kita ketahui. Dialah orang yang pertama mengajarkan tentang atom.
Filsuf atomik yang kita ketahui lebih banyak adalah Demokritos ( 460-370 SM).
Seperti halnya dengan filsuf kejamakan lainnya demokritos mengajarkan, bahwa kenyataan bukan hanya satu saja, tetapi terdiri dari banyak unsur. Teori tentang bagian-bagian terkecil segala sesuatu, seperti yang diajarkan oleh Anaxagoras, diajarkan juga oleh Demokritos. Hanya saja bagian-bagian terkecil tadi olehnya tidak disebut benih-benih ( spermata ), melainkan atom (atomos), yang artinya : tak terbagi. Atom yang satu tidak dibedakan dengan atom yang lain dalam kualitas. Semua atom adalah sama. Yang berbeda adalh bentuknya (bnd. Bentuk huruf A dan N), juga urutan penempatannya (bnd. Urutan huruf AN dan NA), serta posisinya (bnd. Posisi huruf N dan Z). jumlah atom-atom tidaklah terbilang. Setiap atom tidak dijadikan, tidak termusnahkan dan tidak berubah.
Semua atom tidaklah tampak dan senantiasa bergerak. Gerak ini disebabkan karena, menurut Demoritos, ada ruang yang berisi dan ruang kosong. Dalam soal ruang kosong berbedalah pandangannya dengan pandangan para filsuf Elea (Parmenides dan Zeno tidak mengakui adanya ruang kosong). Menurut Demokritos, ada ruang kosong, sebab yang berada bukan hanya “yang ada” , melainkan juga “yang tidak ada” . maka ruang kosong adalah nyata. Baik atom maupun ruang kosong, keduanya adalah nyata. Karena atom, yang adalah “yang penuh” dan ruang kosong, yang adalah “ yang tidak penuh” bersama-sama berada, maka “yang penuh” mengisi “yang kosong”. Demikianlah terjadi gerak. Gerak ini terjadi secara spontan, artinya : dengan sendirinya, tanpa pengaruh khusus, dan menuju ke semua jurusan (bnd.debu di dalam berkas sinar).
Kemungkinan-kemungkina yang ditimbulkan oleh gerak yang spontan, yang mengarah ke semua jurusan itu ialah, bahwa atom-atom itu saling kait mengait. Kejadian ini menyebabkan adanya gerak puting beliung. Yang makin lama makin menarik banyak atom, yang besar di pusat, yang lebih halus dilontarkan ke tepi. Demikianlah kosmos dibentuk.
Menurut Demokritos jiwa manusia terdiri dari atom juga, yaitu atom yang paling halus dan paling bundar, yang tidak dapat mengait atom lain.
Pengamatan terjadi karena benda-benda menyinarkan gambar kecilnya (idola) yang terdiri dari atom-atom juga, yang bentuknya sama dengan bendanya. Gambar-gambar itu masuk ke dalam indera manusia, disalurkan ke jiwa dan bersentuhan dengannya. Demikianlah pengamatan terjadi. Akan tetapi pengamatan inderawi ini menyesatkan. Hanya akalah yang member pengetahuan yang benar.
Dengan panjang Demokritos membicarakan etika. Untuk pertama kali manusia diperhatikan oleh filsuf pra Sokrates. Etika Demokritos belum di susun secara sistematis. Sebagai cita-cita yang tertinggi disebutnya euthumia, yaitu keadaan batin yang sempurna. Agar supaya euthumia ini dapat tercapai orang perlu secara seimbang menjangkau semua faktor dalam hidup, kesenangan dan kesusahan, kenikmatan dan pantangan. Dengan demikian asas tindakan manusia adalah keseimbangan. Orang bijak adalah orng-orng yang mengejar hal-hal yang menguntungkan jiwa dan yang memberikan ketenangan jiwa. Untuk itu perlu keinginan-keinginan lahiriah diredakan dan cara hidup sederhana dipraktekan.
Dapat dikatakan, bahwa para filsuf yang lebih kemudian daripada Parmenides dalam pokok-pokok yang penting lebih maju sikapnya terhadap pemilihan yang sulit yang mengenai soal “apakah kenyataan itu berada dalam “ada” yang tak berubah, atau berada dalam gejala-gejala yang terus berubah itu”. Sekalipun demikian inti sari persoalan itu masih dihindari oleh mereka. Inti sari itu mengenai soal “bagaimana ‘yang satu’ dari akal itu dapat berjalan bersama-sama dengan ‘yang banyak’ dari pengamatan?”.

6. EPIKUROS (341 – 271 SM)
Dilahirkan di Samos, akan tetapi mendapatkan pendidikan di Athena. Ada beberapa filsuf yang mempengaruhi pikirannya, akan tetapi Demokritoslah yang paling besar mempengaruhinya.
Tujuan filsafatnya ialah menjamin kebahagiaan manusia. Oleh karena itu inti pikirannya berkisar kepada etika. Ajarannya yang mengenai fisika dan teori pengenalannya hanya berfungsi sebagai persiapan etikanya.
Menurut Epikuros, tiada sesuatupun yang ada, yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak ada, dan tidak ada sesuatu yang ada, yang kemudian musnah menjadi tidak ada. Jagat raya adalah kekal dan tidak terbatas, dan dibentuk oleh benda yang kita amati dan oleh ruang kosong yang ditempati benda itu. Segala benda di susun dari atom-atom, yang telah ada sejak kekal bersama-sama dengan adanya ruang kosong. Segala atom tidak dapat di bagi-bagi dan tidak dapat binasa. Semuanya memiliki bentuk, berat dan besarnya, sekalipun bentuknya berbeda-beda. Itulah sebabnya maka ada benda yang berbeda-beda juga. Atom-atom itu begitu kecil sehingga tidak dapat diamati.
Semua atom bergerak. Semula, karena beratnya, semua atom bergerak dri atas ke bawah, sehingga seolah-olah ada hujan atom. Tetapi kemudian ada beberapa atom yang menyimpang, yang mengakibatkan pertabrakan dan penimbunan atom-atom. Kejadian ini menjadikan atom-atom akhirnyaberputar, yang lebih berat di tengah, sedang yang lebih ringan di tepi. Demikianlah jagat raya ini terjadi karena gerak dan pertabrakan atom-atom. Para dewa tidak ikiut campur dalam penjadian jagat raya dan dalam perkembangannya lebih lanjut.
Jiwa tidak lain adalah atom, yaitu atom yang bulat dan licin. Oleh karena itu pada hakekatnya jiwa adalah tubuh halus yang berada di dalam tubuh. Tanpa tubuh kasar jiwa tidak dapat berada. Setelah orang mati jiwanya dilarutkan kedalam atom-atom lagi, sehingga jiwa tiada lagi.
Pengenalan didapatkan melalui pengamatan. Apa yang benar ialah apa yang diamati pada suatu saat dengan indera. Aadapun proses pengamatan terjadi demikian : benda-benda diluar manusia melepaskan gambaran-gambaran yang halus, yang kemudian memasuki indera, dengan akibat bahwa manusia memperoleh gagasan tentang benda itu.
Di dalam etikanya Epikuros bermaksud memberikan ketenangan batin (ataraxia) kepada manusia. Hal in disebabkan karena ketenangan batin itu diancam oleh ketakutan, yaitu ketakutan terhadap murka para dewa, terhadap maut dan terhadap nasib. Padahal ketakutan-ketakutan itu sebenarnya tidak ada dasarnya, tidak masuk akal. Bukankah para dewa tidak ikut campur dalam urusan dunia ini? Di dalam jagat raya segala sesuatu terjadi karena gerak atom-atom. Para dewa tidak menjadikan jagat raya dan tidak mengurusinya. Mereka menikmati kebahagiaan yang kekal, yang tidak dapat diganggu oleh siapa pun. Manusia tidak mungkin mengganggu mereka. Oleh karena itu mereka tidak akan mengganggu manusia. Itulah sebabnya orang tidak perlu takut terhadap dewa. Juga orang tidak perlu takut terhadap maut. Bukanlah setelah orang mati jiwanya dilarutkan ke dalam atom-atom, kembali kepada asalnya? Oleh karena itu tidak ada hukuman di akhirat. Setelah orang mati ia tidak akan menikmati apa-apa dan tidak akan menderita apa-apa. Maut bukanlah hal yang jahat dan bukanlah hal yang baik. Selama kita masih hidup kita tidak akan mati, sedang jikalu mati kita tidak ada lagi. Apa perlunya takut terhadap maut? Juga terhadap nasib orang tak perlu takut. Sebab tidak ada nasib. Kita sendirilah yang menguasai hidup kita dan segala perbuatan kita. Atom dapat berubah arah geraknya. Kemungkinan perubahan memang ada. Kita dapat merubah pengungkapan kehendak kita. Jadi kita sendiri yang menentukan keadaan kita. Tidak ada nasib.
Tujuan hidup adalah hedone ( kenikmatan, kepuasan ), yang tercapai jikalau batin orang tenang dan tubuhnya sehat. Ketenangan batin timbul jikalau segala kainginan dipuaskan, sehingga tiada sesuatu pun yang diinginkan lagi. Disini orang hanya menikmati saja. Jadi makin sedikit keinginan, makin besar kebahagiaan. Oleh karena itu orang wajib membatasi apa yang diinginkan. Ini tidak berarti bahwa manusia harus mencita-citakan kemiskinan. Kebahagiaan tidak terdiri dari menikamati hal yang melimpah-limpah, sebab juga hal yang sedikit dapat dinilmati. Yang baik adalah, jikalau dalam keadaan yang kongkrit perasaan menentukan perbuata mana yang dapat member kenikmatan yang mendalam dan yang lama. Orang bijak tahu seni untuk menikmati selama dan sedalam mungkin.
Persaudaraan dipandang penting sebagai sarana untuk menambah kenikamatan.
Tidak dapat disangkal bahwa ada kesamaan antara ajaran Epikuros dan ajaran Demokritos dan ajaran Aristippos.
Baik Demokritos maupun Epikuros mengajarkan tentang atom-atom. Perbedaannya terletak disini, bahwa menurut Demokritos atom-atom hanya memiliki bentuk dan besarnya, tetapi menurut Epikuros atom-atom itu juga memiliki berat. Hal ini menyebabkan bahwa ada perbedaan ajaran tentang gerak atom-atom tadi. Menurut Demokritos atom-atom bergerak kesegala jurusan ( bnd. Debu di dalam barkas sinar ), akan tetapi menurut Epikuros atom-atom tadi dari atas ke bawah dengan kemungkina adanya penyimpangan arah. Gerak atom yang menurut Epikuros ini memberi kemungkinan adanya kebebasan, yaitu kebebasan kehendak.
Di lain pihak tampak juga adanya kesamaan antara ajaran Epikuros dan Aristippus, yaitu karena keduanya mengajarkan teori tentang kenikmatan (hedone). Perbedaannya terletak disini, bahwa menurut Aristippus kenikmatan badaniah lebih berbobot daripada kenikmatan rohani, akan tetapi menurut Epikuros, ketenangan batin yang bersifat rohani lebih berbobot disbanding dengan kesehatan badaniah.

KESIMPULAN

1. Parmenides adalah filsuf yunani kuno yang pertama-tama berfilsafat tentang “yang ada”. Dia memperkenakan Metafisika. Inti ajarannya adalah : Being, the one, is and that becoming, change, is illusion, pluralitas adalah ilusi.
2. Zeno dari Elea adalah murid Parmenides. Dia memberikan sejumlah argument brilian untuk membuktikan bahwa tidak mungkin ada gerak,misalnya teka-teki Achilles dan kura-kura
3. Empedokles seperti Parmenides, mengajarkan bahwa materi tidak punya awal dan akhir. Materi tidak dapat binasa. Menurut dia, unsure dari segala-galanya adalah tanah, udara, air, dan api. Keempat benda itu tidak dapat saling dippertukarkan. Ia juga mengajarkan tentang perpindahan jiwa. Dia sendiri mengatakan bahwa di waktu lampau, dia sendiri adalah anak laki-laki, anak perempuan, tumbuhan, burung dan ikan.
4. Anaxagoras adalah filsuf yunani kuno juga, sumbangan paling penting Anaxagoras bagi filsafat adalah teorinya tentang rasio (nous). Jika Empedokles mengajarkan bahwa gerakan di jagat raya disebabkan oleh kekuatan fisik cinta dan kebencian, maka Anaxagoras mengatakan bahwa gerakan disebabkan oleh rasio. “Nous memiliki kekuasaan atas segala sesuatu yang memiliki hidup, baik besar maupun kecil”.
5. Dua filsuf terakhir yang dipandang sebagai filsuf pra Sokrates adalah Leukippos dan Demokritos. Keduanya dipandang sebagai flsuf yang mengajarkan tentang atom. Mengenai leukippos tidak banyak yang kita ketahui. Dialah orang yang pertama mengajarkan tentang atom. Filsuf atomik yang kita ketahui lebih banyak adalah Demokritos.
6. Epikuros filsuf yunani yang mendapatkan pendidikan di Athena, yang terkenal dengan etikanya. Epikuros mengajarkan bahwa manusia harus mencari kesenangan sedapat mungkin. Kesenangan itu baik, asal selalu sekadarnya. Karena “kita harus memiliki kesenangan tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita”. Manusia harus bijaksana. Dengan cara ini akan memperoleh kebebasan batin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar