MEDIA ONLINE IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Minggu, 22 Maret 2015

IMM Bima dalam Kegelisahan

 REVITALISASI GERAKANA PC. IMM BIMA


           Ketidakmampuan dalam menyelesaikan periodesasi kepemimpinan IMM Cabang Bima mengalami proses yang lamban, ini di sebabakan PC. IMM Bima dalam posisi yang kebingungan, bahkan sekaligus daya dalam perannya merospon banyak persolan yang dianggap lamban. Yang menarik pula, tak kalah santernya adalah otokritik dari kalangan internal sendiri, sebagai bentuk ketidaksolidan dalam sebuah kepemimpinan. Ini menunjukkan bahwa perlunya revitalisasi gerakan. Itupun tak terbatas pada kritik. Diharapkan adanya tindaklanjut pula dalam upaya mengeksplorasi berbagai masalah yang perlu dijawab oleh PC. IMM Bima sebagaimana yang tersebut diatas.
 
            Pada akhirnya gerakan ini akan bermuara pada Musyawarah Cabang Akan datang, banyak isu strategis menjadi yang topik dalam MUSYCAB nantinya, Bukan saja persolan komitmen kepemimpinan, kaderisasi, maupun sekte-sekte dalam gerakan akan lahir. Dalam kerangka yang lebih luas lagi, Cabang Bima dituntut pula untuk bagaimana responsif dan memperteguh kekuatannya dalam persolan kebangsaan baik lokal maupun nasional.
 
            Cuma dibalik itu, ada kekawatiran baru. Banyak yang beranggapan dengan menilik pengalaman tentang kepemimpinan sebelumnya isu strategis ini akan kurang seksama untuk dibahas. Peserta MUSYCAB akan lebih tergiring untuk memusatkan perhatian pada perburuan ketua baru ataupun 13 formatur yang ideal menurut mereka masing-masing untuk PC. IMM Bima Kedepannya, mengakhiri kegaiatan DAM ke VIII ini IMM bima dalam proses yang sangat-sanagt lamban, pecahnya gerkan pengurus dan bahkan solid dalam gerakan mulai terlihat, mulai dari tingkat Kakanda, Ayahanda, dalam Kebingungan, Entah Mau jadi APa Kita Kdepannya..  
 
Mengapa Demikian?
Dalam tradisi IMM sebagai ortom dari Muhammadiyah, bukankah kursi kepemimpinan itu adalah amanah, sehingga jauh-jauh hari orang harus berpikir mampukah mengemban amanah itu.

“ketika amanah itu diserahkan kepada langit, langit runtuh karena tak mampu mengemban amanah itu.. ketika amanah itu diserahkan kepada gunung, gunung meletus tanda tak mampu menerima amanah itu. Ketika amanah itu diserahkan kepada laut, lautan tumpah pertanda tak mampu mengemban amanah itu. Dan ketika amanah itu diserahkan kepada manusia, manusia  tanpa pikir panjang dan penuh dengan kesombongan menerima amanah itu”  (QS. Al Ahzab: 72).

Jangan sampai terlalu sibuk untuk berlomba dan memperebutkan, tetapi justru setelah terpilih dengan serta merta amanah itu menjadi terabaikan. Ambillah contoh kepada para pendahulu kita, sebut saja misalnya Djazman Alkindi, sang pendiri IMM ketika Muktamar Muhammadiyah 1995, tidak bersedia dicalonkan karena adanya konflik yang melibatkannya, makanya dia mengambil sikap demi stabilitas keamanan dan kepentingan organisasi.

            Kalaulah yakin diri sebagai kader untuk kesediaan menjadi pimpinan, kita hanya berharap bahwa semoga itu atas dorongan rasa cinta dan tanggungjawab kekaderan terhadap IMM. Kepemimpinan DPD ini harus ada yang melanjutkan, disamping itu keyakinan bahwa pencalonan oleh kader dalam hal ini yang merekomendasikan tidak boleh dikecewakan. Tetapi yang mesti pula adalah janganlah ada rebutan atau bahkan kampanye secara mencolok, apalagi saling membunuh karakter diantara kita. Sebuah pepatah “seiring bersimpang jalan, serumah berlain rasa” adalah sesuatu yang sangat tepat untuk kondisi internal IMM yang semoga saja ini tidak senantiasa dibudayakan.
 
Tradisi IMM dalam menentukan ketua, seperti layaknya memilih imam sholat. Diantara jamaah akan saling mempersilahkan. Walaupun sebenarnya ada sindiran juga, karena masing-masing katanya saling mempersilahkan, akhirnya yang menjadi Imam adalah orang yang tidak layak.
 
            Dengan parameter imam sholat, segala hal dapat diambil sebagai pelajaran, yang ditampilakan bukan Cuma berdasar perhitungan misalnya bacaan Qur’annya pasih, melainkan juga parameter lain misalnya hati, pengalaman, pengetahuan dan kematangan. Jangan juga sekadar memilih, misal memilih karena asal-usulnya, kedekatannya maupun karena terkenalnya. Pelajaran lain adalah bagaimana seorang imam itu betul-betul mampu menjadi imam yang baik, mengayomi dan bertanggungjawab.
 
Kepemimpinan IMM memang adalah kolektif kolegial, tetapi ketua sebagai pemegang mandat memiliki otoritas. Makanya kita berharap oleh ketua dan pimpinan lain yang terpilih di MUSYCAB Kedepan dapat melakukan revitalisasi diri untuk IMM, bergerak lebih dinamis untuk tak lagi jumud (mandek) seperti yang dirasakan selama ini. (ALiF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar