LATAR BELAKANG DAN PETA KRONOLOGIS SEJARAH FILSAFAT ISLAM
Muhammad Alifuddin
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MUHAMMADIYAH BIMA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Pendahuluan
Proses
sejarah masa lalu, tidak dapat di lupakan begitu saja bahwa pemikiran
filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat yunani.para filosof Islam
banyak mengambil pemikiran Aristoteles dan mereka banyak tertarik pada
pemikiran-pemikiran Platinus, sehingga banyak teori-teori filosof Yunani
di ambil filosof islam.[1]
Kita
yang hidup di abad sekarang ini banyak berhutang budi pada orang-orang
Yunani dan Romawi, karena merekalahguru kita pada zaman dahulu. Akan
tetapi berguru tidak berarti mengekor dan mengutip sehingga dapat
dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari
Aristoteles, sebagaimana yang di katakana Renan,karena filsafat Islam
telah mampu menampung dan mempertemukan berbagai aliran pikiran.[2]
Para
filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang
berbeda dari apa yang di alami oleh filosof-filosof lain. Sehingga
pengaruh lingkungan terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa dilupakan.
Pada akhirnyatidaklah dapat di pungkiri bahwa dunia Islam berhasil
membentuk filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan
masyarakat Islam itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang melatarbelakangi munculnya fisafat islam?
b. Bagaimana sejarah munculnya fisafat islam?
c. Ap manfaat dari filsafat untuk perkembangan islam?
C. Pembahasan
a. Latar Belakang Munculnya Filsafat Islam
Tentu
bisa di pertanyakan mengapa tiba-tiba perhatian masyarakat muslaim
tercurah pada ilmu-ilmu dan filsafat pra-Islam hingga para khalifah
membangun dan mendanai sejumlah besar pusat penerjemahan buku-bukuke
dalam bahasa arab. Jawaban yang paling tepat adalah bahwa pada saat
memasuki era tersebut, kaum muslim melakukan kontrak dengan
otoritas-otoritas keagamaan Yahudi dan Kresten yang berusaha
mempertahankan ajaran-ajaran mereka. Mereka juga menyerang ajaran Islam
dengan menggunakan argument-argumen yang di ambil dari logika dan
filsafat Aristotelelian yang belum di kenal kaum muslimin. Yang paling
mungkin, halite untuk memperkuat keimanan Islam dengan perisai
intelektual dari jenis yang sama,dengan cara demikian bisa melindungi
kekuatan syari’ah, tempat bergantungnya otoritas mereka sendiri,
terutama AL-Makmun yang mengerahkan usaha begitu besar untuk
mmempelopori penerjemahan karya-karya filosofis dan ilmiah ke dalam
bahasa arab.[3]
Filsafat
Yunani paling dominan masuk ke duniaIslam di tandai dengan adanya
penerjemahan-penerjemahan buku-buku filsafat. Upaya-upaya umat Islam ini
dapat memunculkan tokoh filosuf Islam terkenal ke dalam atau luar
islam. Sebagaimana nama: al-Kindi, Ibn Rusyd, Ibn Sina, ibnu bajjah dan
masih banyak lagi.
Masa
awal aliran filosofis Islam bertepatan dengan penerjemahan pertama
karya – karya tokoh yunani kedalam bahasa arab dari bahasa syiria dan
yunani. Kita mungkin dapat menerima keterangan tradisional yang dapat
dipercaya bahwa naskah – naskah ilmiah dan medis adalah karya – karya
awal deterjemahkan kedalam bahasa arab. Orang –orang Arab seperti juga
Persia adalah orang-orang yang suka akan hal-hal yang praktis.
Pendapat Aguste Comte, bahwa setiap pribadi atau bangsa tumbuh dalam 3 tingkatan kemajuan yaitu:
1. Tingkat agama, di mana manusia menerima keyakinan dari mulut ke mulut dan menjalankannya.
2. Tingkat filsafat, di mana manusia menggunakan pikirannya untuk memikirkan apa yang menjadi hakekat manusia.
3. Tingkat Ilmu pengetahuan, dimana manusia menggunakan pikiran yaitu sudah sampai pada tingkat yakin, dan kebenaran yang mutlak.
Pendapat
yang mengatakan bahwa filsafat Islam adalah hasil plagiat dari filsafat
yunani adalah salah, sebab pendapat itu hanya melihat dari segi
aktifitas filosof yunani dalam bergumul dengan fisafat yunani. Bahkan
mereka tidak memandang dari sudut ajran yang ada dalam Islam dan
pemikiran – pemikirannya.[4]
b. Sejarah Munculnya Fisafat Islam
Ketika
datang ke Timur Tengah pada abad IV SM. Aleksander Agung membawa
bukan hanya kaum militer tetapi juga kaum sipil.Tujuannya bukanlah hanya
meluaskan daerah kekuasaannya ke luar Macedonia, tapi juga menanamkan
kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Untuk itu ia adakan
pembauran antara orang-orang Yunani yang dibawanya, dengan penduduk
setempat. Dengan jalan demikian berkembanglah falsafat dan ilmu
pengetahuan Yunani di Timur Tengah, dan timbullah pusat-pusat peradaban
Yunani seperti Iskandariah (dari nama Aleksander) di Mesir, Antakia di
Suria, Selopsia serta Jundisyapur di Irak dan Baktra (sekarangBalkh)
diIran.
Ketika
para Sahabat Nabi Muhammad menyampaikan dakwah Islam ke daerah-daerah
tersebut terjadi peperangan antara kekuatan Islam dan kekuatan Kerajaan
Bizantium di Mesir, Suria serta Irak, dan kekuatan Kerajaan Persia di
Iran. Daerah-daerah ini,dengan menangnya kekuatan Islam dalam peperangan
tersebut,jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Tetapi penduduknya, sesuai
dengan ajaran al-Qur'an, bahwa tidak ada paksaan dalam agama dan bahwa
kewajiban orang Islam hanya menyampaikan ajaran-ajaran yang dibawa Nabi,
tidak dipaksa para sahabat untuk masuk-Islam. Mereka tetap memeluk
agama mereka semula terutama yang menganut agama Nasrani dan Yahudi.
Dari
warga negara non Islam ini timbul satu golongan yang tidak senang
dengan kekuasaan Islam dan oleh karena itu ingin menjatuhkan Islam.
Mereka pun menyerang agama Islam dengan memajukan argumen-argumen
berdasarkan falsafat yang mereka peroleh dari Yunani. [5]
Dari
pihak umat Islam timbul satu golongan yang melihat bahwa serangan itu
tidak dapat ditangkis kecuali dengan memakai argumen-argumen filosofis
pula. Untuk itu mereka pelajari filsafat dan ilmu pengetahuan
Yunani.Kedudukan akal yang tinggi dalam pemikiran Yunani mereka jumpai
sejalan dengan kedudukan akal yang tinggi dalam al-Qur'an dan Sunnah
Nabi. Dengan demikian timbullah di panggung sejarah pemikiran Islam
teologi rasional yang dipelopori kaum Mu'tazilah. Teologi rasional
Mu'tazilah inilah, dengan keyakinan akan kedudukan akal yang tinggi,
kebebasan manusia dalam berfikir serta berbuat dan adanya hukum alam
ciptaan Tuhan, yang membawa pada perkembangan Islam, bukan hanya
filsafat, tetapi juga sains, pada masa antara abad ke VIII dank e XIII
M. Ketika filsafat bersentuhan dengan Islam maka yang terjadi bahwa
filsafat terinspirasi oleh pokok-pokok persoalan yang bermuara pada
sumber-sumber Wahyu Islam. Semua filosof muslim seperti al Kindi, al
Farabi, Ibn Sina, Mulla Sadra, Suhrawardi dan lain sebagainya hidup dan
bernafas dalam realitas Al Quran dan Sunnah. Kehadiran Al Quran dan
Sunnah telah mengubah pola berfilsafat dalam konteks Dunia Islam.
Realitas dan proses penyampaian Al Quran merupakan perhatian utama para
pemikir Islam dalam melakukan kegiatan berfilsasfat.
Kita
ketahui bersama bahwasanya filsafat di bagi tiga periode, periode
pertama yang merupakan awal munculnya filsafat yaitu berasal dari
Yunani, karena di sana terdapat beberapa orang yang cenderung
menggunakan otak sebagai landasan berpikir. Tokoh – tokoh seperti
Socrates, Plato dan Aristotales. Periode kedua yang merupakan masa
pertengahan adalah filsafat Islam. Filsafat Islam klasik mulai
berkembang pada masa al-Kindi, yang mana menurut Sulaiman Hasan
bahwasanya tidak ada seorangpun filosof Islam kecuali al-Kindi, karena
baginya ia merupakan seorang filosof pertama dalam Islam begitu juga
merupakan filosof Arab pertama. Dalam pengembangan filsafatnya al-Kindi
mengikuti falsafah Arestoteles. Hal itu bisa dibuktikan dari buku-buku
filsafat yang dikarang oleh al-Kindi lebih banyak mengarah pada
buku-buku karangan Aristotales.[6]
Al-Kindi
merupakan seorang Aristotelian, ia mengartikan filsafat sebagai pola
pikir manusia untuk lebih mengetahui dirinya, dari pengertian tersebut
al-Kindi berusaha lebih “mengetahui dirinya sendiri” yang kemudian ia
jadikan sebagai cara atau alat untuk lebih mengetahui hal-hal yang
sifatnya lebih besar, misalnya tentang lingkungan sekitarnya tempat ia
berdiam, adat istiadat, alam ciptaan yang mana karenanya manusia
diciptakan. Dari semua itu al-Kindi semata-mata bertujuan untuk lebih
mengetahui bahwasanya di balik semua ini ada dzat yang merupakan
pencipta atau penggagas keseluruhan dimuka bumi yaitu Allah SWT.
Filsafat
al-Kindi juga mengarah kepada al-Ilmu al-Insani Wa Ilmu al-Ilâhi, yang
mana bagi al-Kindi filsafat merupakan segala upaya untuk menyerupai
segala perbuatan Tuhan sesuai dengan batas kemampuan manusia. Sehingga
dari pengertian tersebut al-Kindi mengatakan bahwa seorang filosof
adalah sosok yang menjadikan kesempurnaan dan kemuliaan Tuhan sebagai
contoh atau sandaran utama. Dengan demikian seorang filosof berusaha
sekuat tenaga untuk menyerupai keutamaan dan keunggulan Tuhan sehingga
pada akhirnya mereka menjadi manusia sempurna/supermen (manusia
super).Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa al-Kindi
merupakan filosof yang mengatakan bahwa filsafat adalah larutan pewarna
agama yang dengan demikian secara sekilas ada korelasi atau keterkaitan
antara agama dan filsafat. Pola filsafat al-Kindi yang menyatukan antara
agama dan filsafat, senada dengan filosof yunani yaitu Arestoteles.
Selanjutnya
yaitu al-Farabi yang merupakan al-Muallim al-Tsani yang mempunyai nama
lengkap Abu Nasr al-Faraby. Al-farabi memaknai filsafat sebagai ilmu
yang mengkaji tentang alam fisika sebagaimana keberadaannya. Ia juga
mengatakan bahwa tujuan filsafat adalah untuk mengetahui Tuhan sebagai
Dzat yang Esa dan tidak digerakkan dan Tuhan merupakan sebab utama bagi
segala sesuatu. Filsafat al-Farabi sedikit banyak dipengaruhi oleh
Arestoteles yang mana ia juga mengatakan bahwa adanya Tuhan adalah yang
menggerakkan dan tidak digerakan, dalam hal ini filsafat al-Farabi lebih
ditekankan pada disiplin ilmu filsafat (analisis filsafat). Filosof
ketiga dari filosof masa pertengahan adalah Ibnu Shina, yaitu sekitar
tahun 370H, ia terkenal dengan sebutan "al-syeikh al-raîs". Ibnu Sina
memaknai filsafat sebagai kreativitas pemikiran yang denganya manusia
memperoleh berbagai pengetahun tentang dirinya. Sehingga dengan
pengetahuan dirinya tersebut manusia bisa menentukan segala amal
perbuatan yang seharusnya ia lakukan untuk menjadikan dirinya sebagai
manusia yang mulia, logis sesuai dengan alam fisika dan menyiapkan diri
untuk meraih kebahagian di akhirat sesuai dengan batas kemampuan
manusia. Dengan pengertian tersebut, maka Ibnu Sina adalah seorang
filosof yang berusaha menyatukan antara analisa filsafat dan
aplikasinya.
c. Manfaat dari Filsafat Islam
Penelaahan filsafat yang efektif, sekali lagi, bersifat,mendalam,dan kritis akan memberi manfaat di antaranya:
1. Pengkajian
fisafat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar
seseorang, yang pada gilirannyadapat mempengaruhi arah kehidupan yang
lebih baik.
2. Pengkajian
filsafat dapat membuahkan kebebasan,toleransi terhadap pandangan –
pandangan yang berbeda, serta kemandirian intelektual.
3. Kebebasan
intelektual dan sikap – sikap lainnya yang berkaitan, akan kita
peroleh dengan mengkaji persoalan – persoalan secara mendalam.
4. Adalah
penilaian kritis. Tujuan berfilsafat bukan sekedar meninjau berbagai
macam teori, tetapi juga menilainya secara kritis. Sehingga, sikap
kritis akan senantiasa kita peroleh.
Namun,
tidak ada jaminan bahwa pengkajian filsafat pasti akan menghasilkan
apasaja yang sudah disebutkan diatas. Tentu ada hal – ahal yang lain
yang juga dapat mengembangkan toleransi, kemandirian intelektual ataupun
perubahan nilai dan keyakinan dasar seseorang.[7]
D. Kesimpulan
Filsafat
Islam merupakan ilmu yang terpengaruh dengan filsafat Yunani. Ulama
berbeda pendapat mengenai ilmu ini ada yang menerima seperti cendekiawan
yang tumbuh di masa al-Mansyur dan al-Makmun karena mereka beranggapan
bahwa filsafat yang di terjemahkan berkisar pada ketuhanan, etika dan
ilmu jiwa yang ada hubungannya dengan agama terutama filsafat ketuhanan.
Pendapat
yang mengatakan bahwa filsafat Islam adalah hasil plagiat dari filsafat
yunani adalah salah, sebab pendapat itu hanya melihat dari segi
aktifitas filosof yunani dalam bergumul dengan fisafat yunani. Bahkan
mereka tidak memandang dari sudut ajaran yang ada dalam Islam dan
pemikiran – pemikirannya.
Dengan mempelajari filsafat Islam kita dapat memperoleh manfaat di antaranya:
a) Pengkajian
fisafat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar
seseorang, yang pada gilirannyadapat mempengaruhi arah kehidupan yang
lebih baik.
b) Pengkajian
filsafat dapat membuahkan kebebasan,toleransi terhadap pandangan –
pandangan yang berbeda, serta kemandirian intelektual.
c) Kebebasan
intelektual dan sikap – sikap lainnya yang berkaitan, akan kita peroleh
dengan mengkaji persoalan – persoalan secara mendalam.
E. Daftar Pustaka
Mustofa. Filsafat Islam. Pustaka Setia. Bandung: 2009.
Majid Fakhry. Sejarah Filsafat Islam. Pustaka Jaya. Jakarta:1997.
Poerwantana. Seluk Beluk Filsafat Islam. PT Remaja Rosdakarya. Bandung: 1994.
Seyyed Hossein Nasr. 3 Madzhab Utama Filsafat Islam. IRCiSoD. Yogyakarta: 2006.
[1] Poerwantana. Seluk Beluk Filsafat Islam. PT Remaja Rosdakarya. Bandung: 1994. Hal 61.
[2] A. Mustofa. Filsafat Islam. Pustaka Setia. Bandung: 2009. Hal. 20.
[3] Seyyed Hossein Nasr. 3 Madzhab Utama Filsafat Islam. IRCiSoD. Yogyakarta: 2006. Hal. 18.
[5] Majid Fakhry. Sejarah Filsafat Islam. Pustaka Jaya. Jakarta:1997. Hal 15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar