Muhammadiyah Siap Kawal Kurikulum 2013
Menanggapi rencana pemberlakukan kurikulum 2013, Muhammadiyah
memiliki sikap tersendiri. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din
Syamsudin, MA, menyatakan Muhammadiyah tidak dalam posisi yang mendukung
ataupun menolak. Tidak bersifat absolut menerima dan tidak secara
ekstrim menolak karena kurikulum ini pasti tidak sempurna seutuhnya.
“Muhammadiyah akan melaksanakan kurikulum itu dengan memperkuat,
memperkaya dan memperkecil resiko kelemahan kurikulum yang ada,” kata
Din di depan lebih dari 5.500 guru Pendidikan Dasar dan Menengah
Muhammadiyah se-Jawa Timur dalam "Rembuk Nasional Pendidikan
Muhammadiyah Menghadapi Kurikulum 2013" di UMM Dome, Sabtu (16/02).
Din meyakinkan bahwa Muhammadiyah telah memiliki pengalaman sejarah
sangat panjang dalam membangun dunia pendidikan sehingga dapat mengawal
kurikulum ini sehingga pendidikan benar-benar
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Muhammadiyah dikenal sebagai
pionir gerakan pendidikan nasional dan turut mencerdaskan kehidupan
bangsa.
“Namun mencerdaskan kehidupan bangsa sering disalah pahami secara
sempit sebagai pengajaran saja. Padahal sesungguhnya artinya jauh lebih
luas, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan melakukan
pencerahan dan inilah yang selama ini dilakukan Muhammadiyah,” tambah
Din. Ada tiga tahap gerakan pencerahan dalam Muhammadiyah, yakni
membebaskan pikiran, memberdayakan potensi dan memajukan umat.
Menurut Din Syamsudin, terdapat beberapa masalah yang dihadapi
pendidikan di Indonesia. Pertama, bahwa pendidikan masih mengarah pada
pengajaran. pendidikan yang diterapkan belum mampu menanamkan
nilai-nilai. Oleh karena itu tenaga pendidik atau guru Muhammadiyah
harus bisa menjadi pendidik bukan hanya pengajar dengan menanamkan kerja
keras, kedisiplinan, mampu penghematan waktu, menjadi pembimbing yang baik.
Kedua, sistem pendidikan harus direvolusi atau diperbaharui. Hal
tersebut telah dibuktikan oleh Muhammadiyah karena Muhammadiyah telah
diberi peluang dan ruang untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia.
Apresiasi tenaga pendidikan Muhammadiyah Jatim di tahun terakhir telah
membuktikan perkembagannya di tingkat Dasar, Menengah maupun Atas.
Semangat fastabiqul khairat harus selalu ditularkan pada sesama
pengajar dan anak didik. Dengan tekad, semangat, memiliki daya saing
sportif pendidikan Jatim akan semakin meningkat.
Lebih jauh Din mengungkapkan guru memiliki peran sentral dalam
pencerahan melalui pendidikan itu. Guru merupakan ujung tombak
perjuangan pendidikan bangsa ini. Untuk itu Din berterima kasih kepada
guru Muhammadiyah yang sudah ikut berjuang untuk memajukan dunia
pendidikan. "Guru adalah Laskar
Zaman untuk anak-anak Muhammadiyah yang menjadi ujung tombak khususnya
dalam bidang Pendidikan," pungkas Din menutup sambutannya.
Hal senada disampaikan rektor UMM, Dr Muhadjir Effendy, MAP.
Menurutnya, saat ini bukan lagi soal metode dan konten dari kurikulum
yang penting, tetapi guru sebagai pelaku pendidikan. Oleh karena
Muhammadiyah memiliki pengalaman dalam mengelola pendidikan yang sangat
panjang, maka sudah seharusnya guru Muhammadiyah menyadari peran sentral
itu sehingga keberhasilan pendidikan di Muhammadiyah sengat tergantung
dari peran gurunya.
“Keberhasilan para murid ada di tangan guru bukan hanya di tangan
metode,” kata Muhadjir sesaat sebelum Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Prof. Dr. M.Nuh, DEA tampil sebagai pembicara utama di forum sosialisasi
kurikulum terbesar itu. (riz/mal/nas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar