Rezim Jokowi: Antara Korupsi dan Aliran Sesat
KINI sudah empat presiden
yang menggantikan Prof Dr Ing BJ Habibie sebagai Presiden Indonesia,
namun apa perubahan dan pembaharuan yang telah mereka lakukan?
Inilah pertanyaan yang terus terbersit
dalam fikiran rakyat Indonesia, terutama oleh pengamat dan analis
politik serta pakar ekonomi.
Semasa BJ Habibie menggantikan Soeharto
banyak reformasi dan perubahan yang dilakukan; mulai dari dibolehkannya
kembali menggunakan Islam sebagai dasar atau asas perjuangan partai
politik dan ormas-ormas Islam serta berdirinya beberapa partai politik
Islam dan bernuansa Islam.
Dalam bidang ekonomi turunnya nilai atau kurs dollar dari Rp 18.000,- turun menjadi Rp 6.500,- persatu dollar US.
Dalam bidang kebebasan bersuara dan media,
boleh berdemontrasi dan media cetak atau elektronik bebas dalam batas
dan garis yang bias dipertanggungjawabkan, walaupun selalu juga
kebablasan tanpa kawalan akhlak dan moral, begitu dikuranginya sistim
protokoler dan pengawalan serta pengamanan presiden yang sangat
berlebihan, Habibie begitu akrab dengan awak media yang ditugaskan di
lingkungan istana dan meliput kegiatan presiden dan para menteri.
Presiden juga bisa bercanda dan bergurau
dengan pimred dan awak media lainnya, inilah kelebihan BJ Habibie
seorang Muslim yang shaleh. Ini nampak berbeda dengan presiden sebelum
dan sesudahnya. Termasuk mantan Presiden SBY dan kini Presiden Jokowi.
Hanya faktanya, Jokowi saat ini adalah Presiden Indonesia.
Bagaimanapun, kita harus tetap kritis
mengkritik dan menegur kebijakan Jokowi tentu dengan cara yang beradab
dan sopan. Sebab, menegur ini karena firman Allah Subhanahu Wata’ala
dalam rangka amar makruf nahi munkar.
Memang Jokowi tidak jadi melantik Jenderal
Polisi Drs Budi Gunawan, menggantinya dengan Komjen Drs Badrodin Haiti,
tetapi pada masa yang sama Jokowi mengganti dua orang pimpinan KPK
dengan tiga orang Plt yang berdasarkan informasi dua orangnya tetap
bermasalah.
Apakah ini untuk melindungi orang-orang di belakang Jokowi yang bermasalah dengan kasus BLBI dan lain-lainnya?
Bagaimana pula dengan citra atau imej Jokowi yang dikenal bersih atau anti korupsi ini?
Sebaiknya para ulama atau da’i di
Indonesia tetap terus mendakwahi Jokowi agar dia terlepas dari sejarah
hitam atau latar-belakang keluarganya. Lebih afdhal lagi jika
kita berhasil memisahkan Jokowi dengan PDI-P yang jelas fakta sejarahnya
bermula dengan PNI, di mana dikenal sangat tidak mesra dengan Islam dan
gerakan-gerakan Islam.
Tiada artinya ‘Revolusi Mental’ yang
menghabiskan dana Rp 14 trilyun, jika pijakan atau dasar revolusi
mental itu saja tidak jelas.
Sebaiknya, Jokowi yang sudah menunaikan haji dan umrah ke Makkah ini alangkah baiknya kembali kepada Islam yang syumul,
dengan segenap dimensi dan segala aspeknya. Ke depan Jokowi tiada
pilihan lain kecuali memantapkan diri dan pemerintahannya dengan sinergi
iman yang mantap dan kuat kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Kita harus jujur mengatakan Jokowi memang
bukanlah seorang intelektual apalagi cendikiawan. Walaupun dia seorang
insinyur kehutanan, makanya perlu mengasah dirinya dengan lebih cermat
dan bijak untuk berfikir dan bertindak lebih intelektual, untuk akhirnya
menjadi seorang cendikiawan yang mampu berfikir lebih matang dan lebih
dewasa. Sehingga nantinya dia bukan hanya sebagai politikus tetapi akan
naik kelas menjadi negarawan.
Bukan hanya berfikir untuk kepentingan
diri sendiri keluarga dan partainya, tetapi lebih mengutamakan
kepentingan agama untuk kesejahteraan rakyatnya. Barulah dia akhirnya
dia dicintai dan disayangi oleh mayoritas rakyatnya, barulah rakyat
menilai Jokowi bukan seorang pemimpin yang lamban dalam berfikir
bersikap dan bertindak.
Waktu yang ada ini seharusnya digunakan
sebaik-baiknya oleh Jokowi untuk menunaikan janji-janjinya. Jokowi juga
harus mampu melakukan pembaharuan dan reformasi, terutama dalam
memperbaiki ekonomi dan kembali mempertahankan nilai kurs rupiah, atau
melakukan tindakan menggunting nilai rupiah dari Rp 1000 menjadi Rp 1
tetapi dengan syarat berhentilah untuk melakukan percetakan uang rupiah,
yang semakin melorot dan menjunam ke perut bumi, insya Allah semoga.
Dalam hal ini pemerintahan Jokowi harus
tegas membantu Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ormas Islam lainnya,
untuk menghadapi agama dan aliran sesat lainnya, yang jelas meresahkan
dan mengoyakkan akidah dan fikrah umat Islam, yang selama ini dinilai
harmonis dan aman damai, tanpa adanya gangguan dan ancaman dari luar. Wallahu’alam.*
Penulis aktivis gerakan Islam,IMM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar